Purwokerto — Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Jenderal Soedirman mengadakan Kuliah Pakar bertema “Peluang dan Strategi Mengajar Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing.”
Kegiatan diawali dengan senam otak untuk membangkitkan semangat peserta, kemudian dilanjutkan dengan pemaparan materi tentang Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) dan Bahasa Indonesia untuk Penutur Lokal (BIPI). Narasumber menjelaskan bahwa pengajaran BIPA berbeda dengan pengenalan bahasa biasa karena harus terarah, sistematis, dan disesuaikan dengan kebutuhan pembelajar.
BIPA kini berkembang di tiga kawasan besar dunia yaitu Asia Tenggara, Asia-Pasifik-Afrika, dan Amerika-Eropa, dengan Australia sebagai penyelenggara terbanyak, yakni 116 lembaga. Pengajaran BIPA juga disebut sebagai bentuk soft diplomasi karena selain mengenalkan bahasa, pengajar turut memperkenalkan budaya Indonesia seperti gotong royong, arisan, hingga kesenian tradisional.
“Untuk mengenal BIPA, kenali Indonesia dulu. Namun, penting juga memahami budaya penutur asing agar pembelajaran lebih efektif,” ujar narasumber.
Dalam sesi tanya jawab, dibahas strategi mengajar kelas dengan level berbeda dan cara menghadapi pembelajar yang lebih aktif atau merasa lebih tahu.
Melalui kegiatan ini, peserta mendapatkan wawasan baru tentang pentingnya peran guru BIPA sebagai duta bahasa dan budaya Indonesia di kancah internasional.
Editor: Shafaa Veda Artes Tiarni
