Purwokerto – Tren kuliner di Purwokerto semakin berkembang, salah satunya yaitu dengan hadirnya Ini Ichi Mochi. Brand ini menawarkan sensasi mochi lembut dalam berbagai varian rasa. Terinspirasi dari kesederhanaan, sang owner memutuskan membuka usaha ini karena mochi dianggap sebagai cemilan yang bisa dinikmati oleh semua kalangan, dari anak-anak hingga orang tua.
Berdiri sejak Februari 2024, Ini Ichi Mochi awalnya hanya menerima pesanan melalui preorder WhatsApp. Namun berkat antusiasme masyarakat yang tinggi, kini Ini Ichi Mochi berkembang pesat dan telah memiliki dua cabang tetap. Cabang pertama berada di Jl. Bungkarno, sebelum Menara Teratai Purwokerto dan cabang kedua berada di Jl. Ragasemangsang, dekat PLN.
Nama Ini Ichi Mochi pun menyimpan makna khusus. Kata ‘ini’ bermakna petunjuk, sementara ‘ichi’ dalam bahasa Jepang berarti angka satu. “Jadi Ini Ichi Mochi adalah mochi nomor satu. Kami menuangkan impian dan harapan dalam nama brand ini,” jelas Rhava, sang owner.
Identitas warna biru yang kini melekat pada Ini Ichi Mochi memiliki cerita tersendiri di baliknya. Pada awalnya, brand ini memakai warna pink pada stand usaha mereka. Namun, karena banyak pembeli yang salah mengenali stand tempat mereka berjualan, akhirnya warna khas Ini Ichi Mochi diganti menjadi warna biru sebagai pembeda.
Soal rasa, Ini Ichi Mochi menyediakan 20 varian mochi dengan harga terjangkau, mulai dari Rp5.000 hingga Rp7.000 perbuah. Varian best seller yang paling digemari pelanggan adalah durian, strawberry coklat, dan coklat silverqueen. Tidak heran jika setiap harinya penjualan dari Ini Ichi Mochi bisa mencapai 300-500 pcs.
Meski perjalanan usahanya penuh dengan tantangan, termasuk saat berjualan di tengah hujan badai, semangat tim Ini Ichi Mochi tidak pernah padam. Semua dilakukan demi pelanggan setia yang selalu menantikan kehadiran mochi lembut dengan rasa manis yang khas.
Dengan konsistensi dan inovasi, kini Ini Ichi Mochi menjadi salah satu ikon kuliner baru Purwokerto yang patut dicoba. Sekaligus bukti bahwa brand lokal mampu tumbuh besar dengan ciri khas dan cerita perjuangannya sendiri.
Editor: Aufaa Kaamiliyaa Firdausy
