Purwokerto – Tari tradisional bukan sekadar gerak indah untuk hiburan, melainkan media komunikasi budaya yang sarat makna. Setiap gerakan, riasan, dan busana menyimpan simbol kehidupan masyarakat Indonesia, mulai dari lambang kesuburan, keseimbangan alam, hingga penghormatan terhadap leluhur. Beberapa tarian bahkan mencerminkan cerita rakyat dan adat istiadat dari berbagai daerah, sehingga menampilkan keragaman budaya nusantara.
Dalam acara Petradaya 2025 yang digelar pada 8 November 2025 di Aula Gedung Bambang Lelono, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jenderal Soedirman, mahasiswa baru (maba) turut ambil bagian sebagai penampil tari tradisional. Kehadiran mereka menunjukkan bahwa pelestarian budaya bukan tanggung jawab masa lalu, melainkan proses belajar yang harus diteruskan oleh generasi muda. Beberapa maba mengaku merasakan pengalaman baru dan tantangan tersendiri saat mempelajari gerakan yang rumit, namun semangat mereka tetap tinggi.
“Setiap gerakan dalam tari tradisional mengajarkan harmoni, ketekunan, dan rasa kebersamaan. Mahasiswa tidak hanya menampilkan seni, tetapi juga memahami nilai filosofis di baliknya,” ujar mentor.
Dengan pengalaman langsung menari, mahasiswa baru belajar menghargai konteks budaya yang lebih luas. Penonton, termasuk mahasiswa senior dan dosen, juga ikut merasakan keindahan tari sekaligus mendapatkan wawasan tentang makna setiap gerakan. Petradaya 2025 menjadi contoh bagaimana kegiatan kampus dapat menggabungkan pendidikan, seni, dan pelestarian tradisi, sehingga budaya Indonesia tetap hidup dan relevan di era modern.
Editor:
