Mahasiswa Bicara Perubahan, Tapi Masih Buang Sampah Sembarangan?

Purwokerto—Mahasiswa dikenal sebagai agen perubahan yang diharapkan mampu membawa bangsa menuju arah yang lebih baik. Namun, ironisnya, masih banyak mahasiswa yang lantang berbicara soal perubahan sosial dan lingkungan, tetapi abai terhadap hal kecil seperti membuang sampah pada tempatnya. Fenomena ini menunjukkan adanya jarak antara idealisme dan perilaku nyata di kalangan intelektual muda.

Di berbagai kampus, pemandangan sampah berserakan di area taman, koridor, hingga sekitar kelas masih sering terlihat. Padahal, fasilitas kebersihan seperti tempat sampah terpisah sudah disediakan dengan memadai. Kondisi ini menimbulkan pertanyaan: bagaimana mahasiswa bisa menyerukan perubahan besar, jika hal kecil seperti menjaga kebersihan lingkungan sekitar saja belum mampu dilakukan?

Fenomena ini terjadi di berbagai perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta, Yogyakarta, dan Bandung. Setiap semester, pihak kampus dan organisasi mahasiswa terus mengadakan kegiatan peduli lingkungan, namun hasilnya belum signifikan. Kebersihan kampus sering kali hanya terjaga saat ada kegiatan formal atau kunjungan penting, setelah itu kembali seperti semula.

Kurangnya kedisiplinan dan rasa tanggung jawab pribadi menjadi penyebab utama perilaku ini. Sebagian mahasiswa masih menganggap bahwa menjaga kebersihan adalah tugas petugas kampus, bukan kewajiban bersama. Padahal, sikap peduli lingkungan merupakan bagian dari pembentukan karakter dan tanggung jawab sosial yang penting bagi mahasiswa sebagai calon pemimpin masa depan.

Sebagai calon pemimpin masa depan, mahasiswa seharusnya menjadi teladan melalui tindakan nyata, bukan sekadar wacana. Perubahan besar tidak selalu dimulai dari ide rumit, melainkan dari kebiasaan kecil yang konsisten. Saat mahasiswa terbiasa menjaga kebersihan, secara tidak langsung mereka melatih kepekaan, disiplin, dan rasa tanggung jawab kualitas yang akan bermanfaat di dunia kerja maupun kehidupan bermasyarakat.

Kampus sebagai lingkungan pendidikan dapat menjadi wadah efektif dalam membangun budaya bersih. Program seperti gerakan “Green Campus” atau lomba inovasi pengelolaan sampah dapat mendorong mahasiswa untuk lebih kreatif dan aktif berkontribusi. Melalui kegiatan seperti ini, mahasiswa belajar bekerja sama, berpikir kritis, serta menerapkan ilmunya untuk menghadirkan solusi nyata terhadap masalah di sekitar.

Menjadi agen perubahan bukan berarti harus selalu turun ke jalan atau berbicara lantang di forum. Kadang, perubahan justru dimulai dari hal paling sederhana, seperti membuang sampah pada tempatnya. Jika mahasiswa mampu menerapkan nilai-nilai tanggung jawab dan kepedulian dalam kesehariannya, maka kata “agen perubahan” bukan sekadar sebutan, melainkan identitas yang benar-benar hidup dalam diri mereka.

Editor: Malikhatun Khasanah

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *