Menelisik Proses Cuci Darah: Peran Perawat Hemodialisa di RSUD Cilacap

Dokumentasi Pribadi

Cuci darah atau hemodialisa merupakan prosedur medis yang menjadi penyelamat bagi penderita gagal ginjal. Prosedur ini dilakukan untuk menggantikan tugas ginjal yang sudah tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Selama proses pencucian darah, perawat memegang peran penting dalam memastikan keselamatan pasien.

Pemeriksaan Awal

Febri, perawat hemodialisa RSUD Cilacap menjelaskan bahwa, setiap proses cuci darah dimulai dengan pemeriksaan menyeluruh. Pemeriksaan ini mencakup tanda-tanda vital seperti tekanan darah, denyut nadi, dan pernapasan. “Kami harus memastikan kondisi pasien stabil sebelum dilakukan proses cuci darah. Apabila kondisi pasien belum memungkinkan, pasien akan diarahkan ke ruangan IGD untuk mendapatkan penanganan,” ujarnya.

Penentuan Akses Darah

Tahap berikutnya adalah penentuan akses darah yang akan menghubungkan aliran darah pasien dengan mesin hemodialisa. Menurut Febri, penentuan jenisnya disesuaikan dengan kondisi pasien. “Biasanya pasien baru akan direkomendasikan untuk menggunakan Catheter Double Lumen (CDL), setelah stabil baru kami sarankan membuat AV Shunt. Pembuatan AV Shunt harus melalui tindakan operasi jadi baru dapat digunakan enam minggu setelahnya,” jelasnya.

Setelah akses siap, alat disambungkan ke tubuh pasien untuk mengalirkan darah menuju filter yang memisahkan dari sisa-sisa metabolisme . Darah yang telah bersih akan dialirkan kembali ke tubuh pasien melalui saluran yang sama. Setelah seluruh proses selesai, tahap yang terakhir adalah melepas semua alat dari tubuh pasien dan memastikan kondisinya tetap stabil.

Pemantauan Selama Proses

Selama proses cuci darah berlangsung, perawat melakukan pemantauan ketat setiap satu jam sekali. Febri menjelaskan, pengecekan yang dilakukan terkait tanda vital pasien dan kondisi akses darah. “Risiko seperti tekanan darah turun atau lemas tiba-tiba biasanya kerap dirasakan oleh pasien. Ketika hal tersebut terjadi, kami akan mencari apa yang menjadi penyebabnya kemudian melakukan penyetelan ulang mesin,” paparnya.

Prosedur cuci darah umumnya dilakukan dua kali dalam seminggu. Sebagian besar pasiennya berada pada rentang usia 40 tahun ke atas, meskipun tidak menutup kemungkinan hal ini terjadi pada usia muda. Penyebabnya bisa berasal dari faktor penyakit kronis maupun gaya hidup tidak sehat.

Tantangan dan pesan

Menurut Febri, tantangan terbesar menjadi perawat hemodialisa adalah ketika harus meyakinkan pasien bahwa dengan melakukan cuci darah akan memperbaiki kualitas hidup mereka. “Kami juga harus menjaga jumlah cairan yang masuk ke dalam tubuh pasien agar tidak berlebihan,” ungkapnya.

Sebagai penutup, Febri mengimbau untuk menerapkan pola hidup sehat sejak dini apalagi di era yang serba instan sekarang. “Biasakan mengonsumsi makanan bergizi, minum air yang cukup, kurangi mengonsumsi minuman manis, dan istirahat yang cukup. Pola hidup sederhana tetapi konsisten bisa sangat membantu menjaga kesehatan ginjal,” pesannya.  

Editor : Lintang Rizky Putri

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *