Mengenal Dunia BIPA: Membuka Peluang Global Lewat Bahasa Indonesia

PURWOKERTO—Profesi pengajar Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) kini telah bertransformasi, dari sekedar pengajaran linguistik menjadi garda terdepan diplomasi budaya nasional. Tuntutan baru ini menjadi sorotan dalam kuliah pakar “Peluang dan Strategi Mengajar BIPA” yang diselenggarakan di Aula Bambang Lelono, Fakultas Ilmu Budaya, Unsoed Purwokerto.

Narasumber utama, Ari Kusmiatun sebagai Dosen BIPA S1 dan koordinasi BIPA UNY, telah mendedikasikan diri di bidang ini sejak tahun 1997. Ia menegaskan bahwa kecakapan linguistik saja tidak memadai. “Menguasai keterampilan bahasa Indonesia saja tidak cukup. Guru BIPA wajib memiliki wawasan mendalam tentang keanekaragaman dan nilai-nilai luhur kita,” ujar Ari.

Keterangan yang disampaikan Ari menggarisbawahi fungsi BIPA sebagai instrumen Soft Diplomacy Indonesia. Dengan jangkauan ke 57 negara di bawah Badan Bahasa, setiap sesi pengajaran adalah ruang untuk mengenalkan Indonesia. Guru BIPA diharap mampu mengintegrasikan materi ajar dengan unsur budaya, seperti mengenalkan konsep gotong royong, hingga mengajarkan keterampilan praktis seperti menari, bermain gamelan, atau memasak.

Tuntutan ini muncul seiring dengan variasi peserta didik BIPA, mulai dari anak-anak hingga profesional dewasa. Kurikulum yang digunakan pun harus terarah dan sistematis, mengacu pada standar nasional Permendikbud nomor 27 Tahun 2017 (BIPA 1-7), yang merupakan adaptasi dari Common European Framework of Reference for Languages (CEFR).

Transformasi BIPA tidak hanya terjadi di level kurikulum, tetapi juga di pasar kerja. Selain BIPA Reguler (komunikasi sehari-hari), kini permintaan tinggi didominasi oleh BIPA spesifik, terutama untuk keperluan bisnis, edukatif, dan wisata.

Peluang ekonomi di sektor BIPA spesifik terbilang menggiurkan. Ia menyebutkan bahwa tarif mengajar untuk kebutuhan bisnis di wilayah metropolitan seperti Jakarta dan Tangerang dapat mencapai Rp150.000 hingga Rp500.000 per sesi tiga puluh menit. Hal ini menunjukkan bahwa BIPA telah bergeser dari sekadar mata kuliah pilihan menjadi profesi yang bernilai jual tinggi.

Guna memastikan kualitas pengajaran yang efektif, pembelajaran harus didukung oleh tujuh komponen penting: Learning, Learners, Curriculum Syllabus, Media, Teacher Materials, Teacher, dan Evaluation, serta didukung fasilitas kelas yang memadai. Intinya, masa depan pengajar BIPA adalah sosok multidimensi: fasilitator bahasa, sekaligus representasi utuh budaya bangsa.

Editor: Linda Rahma Agnia

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *