Mengenal Istilah “Skena” yang Kian Populer di Kalangan Gen Z

Gaya fashion anak skena (Sumber: knitto.co.id)

Belakangan ini istilah skena ramai dibicarakan di media sosial. Bagi sebagian orang, kata ini mungkin terasa asing, tetapi bagi generasi muda, khususnya pengguna aktif media sosial, istilah ini sudah menjadi bagian dari bahasa sehari-hari mereka.

Kata skena merupakan bentuk serapan dari bahasa Inggris scene. Walau belum tercatat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) sebagai kata baku, penggunaannya kini sudah meluas di kalangan anak muda Indonesia. Secara makna, skena merujuk pada lingkup kegiatan atau komunitas tertentu. Contohnya, istilah skena musik rock atau skena fashion menggambarkan kelompok, tren, dan berbagai hal yang berhubungan dengan bidang tersebut.

Menariknya, ada juga yang menafsirkan skena sebagai akronim dari tiga kata dalam bahasa Indonesia, yaitu Sua (bertemu), Cengkerama (berbincang), dan Kelana (mengembara). Jika disatukan, ketiganya bisa dimaknai sebagai aktivitas berkumpul, berbincang, dan menjelajah bersama, makna yang sejalan dengan konsep skena sebagai ruang pertemuan bagi orang-orang dengan minat yang sama.

Meskipun terkesan baru, istilah skena sebenarnya sudah lama muncul. Berdasarkan berbagai sumber, istilah ini mulai dikenal sekitar tahun 2011 lewat Skena Fashion. Seiring waktu, terutama sepanjang tahun 2023, skena kembali mencuat di media sosial seperti Instagram dan TikTok, menjadi bahan pembicaraan yang ramai dan kadang juga menuai kritik.

Sepanjang 2023, istilah skena kerap diasosiasikan dengan gaya hidup generasi muda, mulai dari selera musik, cara berpakaian, hingga kebiasaan nongkrong di coffee shop. Fenomena ini berjalan beriringan dengan pertumbuhan industri kreatif dan keberagaman budaya anak muda. Berbagai festival musik indie, pameran seni alternatif, hingga komunitas hobi turut memperluas penggunaan istilah ini.

Secara tampilan, anak skena sering dikenali lewat gaya khas seperti kaus band, celana jeans atau celana cargo yang longgar, sepatu sneakers atau boots, serta aksesori seperti kacamata vintage, tas tote bag, atau topi beanie. Beberapa juga menambahkan tato atau piercing sebagai ekspresi diri. Namun, ciri-ciri ini tentu tidak mutlak karena setiap skena punya karakter yang berbeda.

Editor: Alvina Putri Rustanti

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *