Menggali Emosi “Laut yang Menunggu” Karya Kastella: Ketika Penantian Berakhir dengan Kenyataan yang Lebih Cepat

Purwokerto –Karya sastra selalu menjadi cerminan emosi dan pengalaman manusia. Salah satu puisi yang tengah hangat dibicarakan di media sosial adalah “Laut yang Menunggu”. Puisi ini mengangkat tema universal mengenai penantian dan kegagalan waktu, sehingga berhasil menyentuh hati pembaca dengan diksi puitisnya.

Puisi ini dikarang oleh Kastella, seorang seniman muda yang aktif memublikasikan karya-karyanya di berbagai platform digital. Pembaca dapat mengakses karya Kastella melalui Instagram @kastellavine dan juga TikTok @kastelith_. Dengan memanfaatkan media sosial, Kastella dapat  menjangkau lebih banyak pembaca.

Inti dari karya ini adalah tentang penantian, proses personal yang lambat, dan ironi kehilangan saat kesiapan emosional baru dicapai. Cerita berpusat pada sang ‘Aku’ (tokoh yang berproses) dan ‘Kamu’ (tokoh yang pergi mencari kepastian yang lebih cepat).

Perpisahan dalam puisi ini dianalogikan dalam disparitas waktu dan proses kematangan emosional. Di ruang emosi yang intim dan reflektif, tokoh ‘Aku’ merenungkan kegagalan tersebut. Tokoh ‘Aku’ membutuhkan waktu yang lama untuk ‘belajar percaya’ dan ‘berani menatap’, digambarkan melalui baris ‘prosesku terlalu lama bagimu’.

Namun, tokoh ‘Kamu’ membutuhkan sesuatu yang ‘lebih pasti’ dan ‘lebih cepat’. Hal ini menciptakan ‘waktu yang tidak tepat’, penantian tokoh ‘Aku’ berujung pada kepergian ‘Kamu’. Kastella menulis karya ini dengan tujuan untuk merefleksikan dan mengabadikan emosi tentang penantian yang berbuah kehilangan (ratapan atas waktu yang gagal).

Puisi “Laut yang Menunggu” karya Kastella adalah representasi emosional yang kuat mengenai dilema dalam hubungan modern, yaitu ketika proses personal yang berbeda sering kali menjadi penyebab utama berakhirnya sebuah ikatan. Karya ini berhasil menangkap perasaan generasi yang berjuang di antara waktu untuk menyembuhkan diri dan tuntutan untuk segera memberikan kepastian.

Editor: Ela Tristiyani

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *