Kevin Mulki Hakim, Salah Satu Mahasiswa Termuda di UNAIR (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Purwokerto, 4 September 2025 — Usia muda bukanlah sebuah penghalang untuk menorehkan prestasi yang gemilang. Hal ini dibuktikan oleh sosok yang bernama Kevin Mulki Hakim, salah satu mahasiswa termuda di Universitas Airlangga (Unair) pada tahun 2024, Kevin lolos Unair di usia 16 tahun lewat jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP). Meski usia Kevin lebih muda dari rekan seangkatannya, Kevin mampu membuktikan bahwa dirinya tidak tertinggal. Ia berhasil mencetak lebih dari delapan gelar juara dalam kompetisi riset tingkat nasional.
Minat Kevin terhadap bidang riset bermula ketika ia masih duduk di bangku SMA. Ia mengaku terinspirasi dari seorang kakak kelasnya yang berhasil memperoleh beasiswa kuliah ke Kanada melalui program Beasiswa Indonesia Maju (BIM). “Dari situlah saya mulai tertarik untuk mencoba. Awalnya memang terasa sangat sulit, karena sebelumnya saya tidak tau mengenai KTI, bahkan membuat sitasi daftar pustaka saja saya merasa kesulitan. Tapi kesulitan itu bisa diatasi jika sudah terbiasa,” kenang Kevin.
Pengalaman pertamanya mengikuti lomba Karya Tulis Ilmiah (KTI) menghadirkan kejutan manis. Saat itu, Kevin dan rekannya memberanikan diri untuk mengirimkan karya ke dua ajang sekaligus di Universitas Muhammaddiyah Malang dan Universitas Muhammaddiyah Purwokerto. “Awalnya hanya pengen sekadar tau tentang teknis lomba KTI, tidak menyangka karya kami keduanya lolos, meraih juara 1 di Universitas Muhammadiyah Malang dan juara 2 di Universitas Muhammadiyah Purwokerto,” ujar Kevin.

Sejak awal, Kevin mengaku tidak pernah menargetkan juara sebagai tujuan utama. Karena baginya, riset adalah tempat untuk berkembang dan mengeksplorasi. “Awalnya saya berorientasi untuk belajar dan mencoba hal-hal baru. Tapi seiring dengan berjalannya waktu, saya juga mulai merasakan manfaat lain, misalnya dana pembinaan yang saya peroleh bisa saya manfaatkan untuk menunjang kebutuhan hidup secara mandiri. Itu menjadi salah saru motivasi saya untuk terus mengikuti perlombaan,” ungkapnya.
Bagi Kevin, sebuah karya akan bernilai ketika mampu memberikan dampak nyata kepada masyarakat. “Berkarya itu penting, tetapi akan kehilangan makna jika hanya berhenti pada validasi tanpa di implementasi,” ujar Kevin dengan tegas. Jika ditanya mengenai strategi untuk menjaga konsistensi berprestasi, Kevin menekankan tentang pentingnya evaluasi. “Saya juga selalu meminta transparansi nilai ke panitia agar bisa tahu kelemahan dan memperbaikinya,” tuturnya.
Di akhir perbincangan, Kevin menutup dengan pesan berharga yang ingin ditujukan kepada generasi muda supaya tidak larut dalam berbagai kegiatan tidak memberikan dampak positif. “Saya juga pernah fear of missing out (FOMO), tapi seringkali hasilnya tidak sesuai dengan harapan. Saya baru merasakan kepuasan yang sesungguhnya ketika saya mulai menemukan passion saya dibidang riset. Saat passion itu benar-benar milik kita maka setiap proses terasa lebih menyenangkan dan hasinya pun memuaskan. Oleh karena itu, carilah passion kalian, tekuni dengan sepenuh hati, dan jangan lupa jadikan ia sebagai jalan untuk membangun jati diri kita dan untuk berkontribusi kepada bangsa,” pungkasnya.
Editor: Anisa Dwi Aryanti