(Sumber: dokumentasi pribadi)
Purbalingga— Di tengah derasnya arus digitalisasi yang mengubah hampir seluruh sendi kehidupan, seorang akademisi muda dari UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri (UIN SAIZU) terus berupaya menegaskan bahwa ilmu informatika bukan hanya tentang teknologi, melainkan juga tentang nilai, etika, dan kemanfaatan bagi masyarakat. Ia adalah Anas Azimi Muqolban, M.Kom., Koordinator Program Studi Informatika yang telah mengabdikan diri di dunia pendidikan tinggi sejak tahun 2021.
Kecintaannya pada dunia komputer telah tumbuh sejak masa sekolah. Latar belakang pendidikannya dimulai dari SMK Teknik Komputer dan Jaringan, kemudian melanjutkan S1 Informatika di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, dan S2 di Universitas Islam Indonesia (UII). Bagi Anas, informatika adalah cara berpikir dan berinovasi dalam menjawab kebutuhan zaman yang serba digital.
“Sejak awal saya tertarik pada ilmu komputer sains dan digitalisasi, karena dunia sekarang menuntut semua sektor dari pendidikan, keagamaan, bahkan seni telah beradaptasi dengan teknologi,” ujarnya.
Menurut Anas, perkembangan teknologi informatika dalam beberapa tahun terakhir berlangsung sangat pesat, terutama sejak pandemi Covid-19. Masa transisi tersebut menjadi momentum besar bagi munculnya berbagai inovasi digital di berbagai bidang. “Digital itu tidak punya batasan. Dalam dunia sains, sistem tidak pernah berhenti, ia selalu bergerak, berevolusi, dan menyesuaikan kebutuhan masyarakat,” katanya. Ia menilai bahwa di Indonesia sendiri, transformasi digital sudah berjalan ke arah yang baik. Pemerintah mulai beralih ke sistem digital untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas, termasuk dalam pelayanan publik dan pengelolaan data keuangan.
Anas juga menjelaskan bahwa saat ini terdapat tiga tren utama yang sangat berpengaruh dalam dunia informatika, yakni Internet of Things (IoT), Big Data, dan instrumentasi digital. Ketiganya menjadi fondasi penting dalam perkembangan teknologi modern. “Big Data adalah kumpulan data yang sangat besar dan bisa diakses publik untuk memberikan informasi dan pengetahuan,” jelasnya.
Namun di balik kemajuan itu, Anas menyoroti tantangan besar yang perlu dihadapi, terutama dalam hal keamanan digital dan literasi masyarakat. Ia mengingatkan pentingnya empat pilar literasi digital yang dicanangkan Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi), yaitu Cakap Digital (Skill), Budaya Digital (Culture), Etika Digital (Ethics), dan Aman Digital (Safety). Menurutnya, keempat hal tersebut harus menjadi perhatian bersama agar masyarakat tidak hanya mampu menggunakan teknologi, tetapi juga bijak dalam memanfaatkannya.
Lebih lanjut, Anas menegaskan bahwa informatika sejatinya berperan untuk membantu manusia, bukan menggantikannya. “Banyak yang berpikir komputer akan menggantikan manusia. Padahal, komputer justru hadir untuk membantu pekerjaan manusia, yang terpenting adalah bagaimana manusia meningkatkan kompetensinya agar tetap relevan dan mampu bersaing di industri,” ungkapnya.
Ia mencontohkan penerapan informatika yang kini telah membawa manfaat nyata bagi masyarakat, seperti sistem digital pada pemerintahan daerah maupun pusat. Di berbagai instansi, mulai dari Kementerian Keuangan hingga pemerintah daerah seperti DKI Jakarta dan Purbalingga, digitalisasi telah diterapkan dalam pengelolaan data keuangan, pelaporan publik, hingga penyediaan informasi melalui videotron dan platform daring yang dapat diakses masyarakat luas.
Sebagai akademisi, Anas juga aktif melakukan berbagai penelitian bersama mahasiswa dan tim dosen. Salah satu yang tengah dikembangkan adalah prototipe untuk menguji aktivitas database dan pemrograman berbasis objek (PBO). Menurutnya, penelitian dan kolaborasi dengan pihak industri sangat penting untuk menjembatani kebutuhan dunia kerja dan dunia pendidikan. “Kami berupaya menghadirkan inovasi yang tidak hanya bersifat teoritis, tetapi juga aplikatif, agar mahasiswa lebih siap menghadapi tantangan di lapangan,” ujarnya.
Dalam pandangannya, etika profesional juga menjadi aspek krusial dalam dunia informatika, terutama di lingkungan Kementerian Agama. Segala bentuk praktik kerja, kata Anas, harus mengikuti prosedur yang benar dan menjunjung tinggi nilai-nilai syariat Islam. “Etika dan tata kerja profesional adalah rambu-rambu yang harus dijaga. Teknologi tidak boleh membuat kita kehilangan nilai-nilai kemanusiaan dan spiritual,” tegasnya.
Menutup perbincangan, Anas memberikan pesan inspiratif bagi mahasiswa dan generasi muda agar tidak berhenti belajar dan terus mengasah keterampilan. “Kerjakan apa pun yang ada di hadapan kalian dengan sungguh-sungguh. Kuasai konsep analitik, asah soft skill dan hard skill secara seimbang,” pesannya. Ia menambahkan, ilmu pengetahuan tidak boleh berhenti hanya di ruang kelas. “Keilmuan itu sangat luas, jangan mentok di situ saja. Gunakan ilmu untuk kemanfaatan masyarakat agar semua bisa merasakan manfaatnya,” tutupnya penuh makna.