JAKARTA – Bagi sebagian orang, musik jazz terdengar seperti permainan nada acak tanpa pola. Namun di balik kebebasannya, jazz menyimpan filosofi mendalam tentang kehidupan yakni spontan, jujur, dan penuh kemungkinan. Jazz bukan hanya soal teknik atau permainan nada, tetapi juga cara memandang hidup.
“Jazz bukan sekadar genre musik, tapi cara berpikir dan cara hidup yang terbuka terhadap perbedaan,” ujar pianis dan dosen musik jazz Sri Hanuraga.
Salah satu bentuk nyata dari cara berpikir itu terlihat dalam improvisasi, elemen utama dalam jazz. Melalui improvisasi, para musisi belajar untuk menerima ketidakpastian dan menanggapinya dengan kesadaran serta keberanian. Tidak ada kesalahan yang benar-benar mutlak, setiap nada yang muncul bisa menjadi awal dari arah baru.
Hanuraga juga menilai improvisasi adalah cara manusia memahami diri dan lingkungannya. Ia menjelaskan, setiap pemain harus mendengarkan satu sama lain agar tercipta harmoni. Seperti dalam hidup, kebebasan harus berjalan berdampingan dengan empati dan tanggung jawab.
Pandangan itu tercermin dalam karya Hanuraga yang kerap memadukan jazz modern dengan unsur musik tradisional Indonesia. Melalui pendekatan tersebut, ia menunjukkan improvisasi juga bisa menjadi ruang pertemuan budaya, menyatukan Timur dan Barat tanpa mengabaikan keduanya.
Lebih dari sekadar pertunjukan musik, improvisasi dalam jazz menjadi latihan batin untuk menerima hal-hal yang tidak bisa dikendalikan. Keindahannya lahir dari kejujuran emosi, bukan dari kerumitan teknik. Hanuraga menyebut, musik yang dimainkan dari hati akan sampai ke hati pendengarnya.
Filosofi improvisasi dalam jazz mengajarkan manusia untuk tetap adaptif menghadapi perubahan. Setiap nadanya menyimpan pelajaran hidup tentang mendengarkan, menanggapi, dan menjaga harmoni di tengah ketidakpastian.
Editor : Khansa Faiza Rahmah