Purwokerto — Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) menggelar kuliah pakar bertema “Peluang dan Strategi Mengajar Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA)” di Aula Bambang Lelono, Jumat (24/10/2025).
Kegiatan ini menghadirkan Dr. Ari Kusmiatun, M.Hum. dari Universitas Negeri Yogyakarta sebagai narasumber dan dimoderatori oleh Intan Sukma Melati.
Acara diawali dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, kemudian sambutan oleh Dr. Memet Sudaryanto, selaku ketua program studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Kuliah pakar ini diikuti oleh mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia angkatan 2022, 2023, dan 2024.
Dalam paparannya, narasumber membagikan pengalaman serta strategi mengajar BIPA berdasarkan kiprahnya sebagai pengajar dan tamu internasional di berbagai negara. Ia juga menjabat sebagai Ketua BIPA Yogyakarta sekaligus Koordinator BIPA Universitas Negeri Yogyakarta.
“Saya berharap wajah-wajah di depan saya ini dapat go internasional,” ujarnya.

sumber: dokumentasi pribadi
Perempuan yang akrab disapa Ari itu mengenal dunia BIPA sejak tahun 1997 saat mengikuti temannya di Universitas Negeri Malang. Ia menyebut, BIPA merupakan “pintu gerbang menuju dunia internasional.” Negara pertama yang dikunjungi adalah Australia. Menurutnya, pembelajaran BIPA menjadi tantangan tersendiri karena setiap negara memiliki karakteristik bahasa yang berbeda. Misalnya, pelafalan huruf R cukup sulit bagi penutur dari negara berbahasa Mandarin.
Hingga kini, pakar BIPA tersebut telah mengunjungi 18 negara, dengan Tiongkok dan Thailand menjadi dua negara yang paling sering ia datangi. Ia menegaskan bahwa pengajar BIPA harus memahami wawasan keindonesiaan, mengingat Indonesia memiliki lebih dari 17.000 pulau dan 38 provinsi.
“BIPA adalah bentuk diplomasi lunak (soft diplomacy). Melalui BIPA, kita memperkenalkan agama, suku bangsa, dan budaya Indonesia seperti arisan, ronda, dan gotong royong,” jelasnya.
Ia juga menambahkan, pengajar BIPA perlu memiliki keterampilan tambahan seperti memasak dan memahami filosofi makanan tradisional, misalnya tumpeng. Pembelajaran BIPA memiliki berbagai level, mulai dari A1 hingga A2, yang menuntut metode pengulangan dan strategi pengajaran berbeda.
Beberapa aspek penting dalam BIPA mencakup learner, learning strategy, teacher, media, teaching materials, serta kurikulum dan silabus yang mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Narasumber juga membagikan pengalamannya menciptakan permainan edukatif sederhana untuk menarik minat belajar penutur asing.
Dalam sesi tanya jawab, seorang mahasiswa bernama Nanda menanyakan cara mengatasi perbedaan level kemampuan siswa. “Sebaiknya kelas tidak dicampur, dan manfaatkan teknologi seperti Tebi di kelas,” jawabnya.
Mengakhiri sesi kuliah pakar, Ari menyampaikan kesan mendalam tentang dunia BIPA. “Asiknya dunia BIPA itu bisa membawa kita ke mana saja. BIPA bukan sekadar ilmu, tapi juga jalan hidup saya,” tuturnya.
Editor: Alifia Rizqi Ramadhan
