
Banyumas, 6 November 2025 — Suara gemericik air Sungai Banjaran menjadi saksi perjuangan Nila Ma’wal Zahro, atlet arung jeram muda asal Banyumas yang berhasil menorehkan prestasi gemilang. Dalam ajang BK Porprov di Semarang pada Oktober lalu, Nila bersama timnya sukses membawa pulang dua medali emas dan satu perunggu.
Selain sebagai atlet, Nila juga merupakan mahasiswi Universitas Nahdlatul Ulama Purwokerto, Program Studi Ilmu Keolahragaan. Ia dikenal sebagai sosok yang disiplin dan bersemangat tinggi dalam menyeimbangkan dunia akademik dan olahraga.
Saat ditemui seusai latihan, Nila menceritakan bahwa motivasinya menjadi atlet arung jeram berawal dari kecintaannya pada alam.
“Motivasi utama saya yaitu suka dengan hal-hal yang berbau alam,” ujarnya sambil tersenyum. “Arung jeram itu olahraga fisik yang menantang, tapi sekaligus cara untuk mengeksplor keindahan sungai di Banyumas. Saya juga ingin membawa nama baik daerah saya dan menguji kerja sama antartim.”
Namun, di balik prestasi yang ia raih, Nila tak menutupi berbagai kendala yang sering dihadapinya selama latihan.
“Kondisi alam itu nggak bisa ditebak,” ucapnya. “Kadang cuaca ekstrem, arus tiba-tiba berubah, belum lagi cedera otot atau DOMS setelah latihan berat. Tapi itu semua bagian dari proses. Justru di situ tantangannya.”
Meski menghadapi berbagai kesulitan, dukungan dari orang-orang terdekat membuat Nila terus bersemangat.
“Keluarga saya selalu jadi pendukung terbesar,” katanya penuh syukur. “Selain itu, tim arung jeram, dosen, dan teman-teman seangkatan juga selalu memberi semangat, terutama saat saya mulai merasa lelah atau tertekan.”
Perjalanan Nila di dunia arung jeram dimulai secara tidak sengaja. Ia mengenang momen awal mengenal olahraga tersebut ketika mengeksplor berbagai cabang olahraga di Banyumas.
“Awalnya saya ikut mata kuliah fisiologi anatomi,” ceritanya. “Waktu itu kami mempelajari otot-otot yang bekerja pada atlet FAJI, termasuk atlet FAJI. Saya penasaran, lalu mencoba mendayung. Dari situ, ternyata saya jatuh cinta pada arung jeram.”
Nila biasa berlatih di Sungai Banjaran, Bobosan, tempat yang menurutnya sangat ideal untuk mengasah kemampuan dan kekompakan tim.
“Sungainya deras tapi indah, cocok untuk latihan dan menguji mental,” ujarnya.
Sementara itu, pengalaman paling berkesan baginya adalah ketika bertanding di Sungai Tunggung, Candirejo, Kecamatan Pringapus, Kabupaten Semarang.
“Di sana arusnya luar biasa kuat,” kenangnya. “Tapi justru itu yang bikin seru. Saat kami akhirnya berhasil dan meraih medali, rasanya luar biasa bangga.”
Selain harus berlatih keras, Nila juga dituntut untuk pandai membagi waktu antara kuliah dan latihan.
“Manajemen waktu yang ketat dan disiplin diri itu kuncinya,” katanya tegas. “Biasanya latihan dilakukan pagi atau sore hari, bahkan di akhir pekan. Kadang waktu istirahat saya berkurang, tapi saya sudah terbiasa. Semua itu demi prestasi.”
Ketika ditanya soal dukungan dari kampus dan pemerintah, Nila menjawab dengan jujur bahwa perhatian terhadap atlet arung jeram masih perlu ditingkatkan.
“Sekarang dukungan sudah mulai membaik, tapi belum maksimal,” ujarnya. “Kami masih butuh pendanaan dan peralatan dengan standar internasional. Pemerintah juga sebaiknya mempromosikan arung jeram sebagai olahraga prestasi, bukan sekadar rekreasi. Kalau itu dilakukan, atlet muda pasti lebih termotivasi.”
Bagi Nila, arung jeram bukan hanya olahraga, melainkan pembelajaran hidup.
“Dalam arung jeram, kerja sama dan kepercayaan adalah segalanya,” katanya dengan penuh makna. “Kesalahan kecil bisa berakibat fatal bagi seluruh tim. Karena itu, kami belajar untuk saling percaya, fokus, dan tetap tenang meski menghadapi arus yang deras.”
Dengan semangat pantang menyerah, Nila Ma’wal Zahro terus bertekad membawa nama Banyumas lebih tinggi di dunia arung jeram.
“Saya ingin terus berprestasi,” ujarnya mantap. “Bukan hanya untuk diri sendiri, tapi untuk tim, kampus, dan Banyumas yang saya cintai.”
Editor: Hasna Dwi Artika
