Obelix Sea View Hadirkan Panggung Budaya Pesisir yang Menghidupkan Kesenian Lokal

Gunungkidul, Yogyakarta— Obelix Sea View kini menjadi salah satu ruang pertunjukan budaya terbuka yang menonjol di kawasan selatan Yogyakarta. Tidak hanya sebagai tempat wisata, kawasan ini juga secara rutin menyajikan pertunjukan seni yang berfokus pada pelestarian budaya lokal, terutama tari tradisional Jawa dari berbagai sanggar seni daerah.

Setiap akhir pekan, amphitheater Obelix Sea View menjadi ajang berkumpulnya para penari dari Sanggar Tari Krisna Mukti, Sanggar Tari Kinasih, Centili Dance Group, hingga Loka Art Studio. Beragam tarian klasik maupun kreasi ditampilkan, mulai dari tarian bercorak keraton, tari pesisir bertema legenda lokal, hingga drama tari yang terinspirasi dari kisah Ramayana. Pertunjukan ini tidak hanya memperkaya pengalaman budaya pengunjung, tetapi juga menjadi sarana mengenalkan seni Jawa kepada generasi muda.

Pertunjukan sore hari menciptakan suasana artistik yang khas. Para penari tampil dengan kostum dan riasan tradisional, bergerak mengikuti iringan gamelan modern maupun klasik. Latar langit selatan dan suara debur ombak menambah nuansa alami yang memperkuat estetika setiap pementasan.

Selain tari, Obelix Sea View juga membuka ruang bagi bentuk seni lain seperti teater rakyat dan instalasi visual bertema budaya pesisir. Meski tidak hadir setiap hari, pertunjukan tersebut biasanya menjadi bagian dari agenda budaya tertentu yang memberi ruang kreatif bagi para seniman daerah.

Pengelola Obelix Sea View menegaskan bahwa keberlanjutan program kesenian menjadi salah satu misi utama mereka. Dengan menyediakan panggung terbuka bagi seniman lokal, mereka berharap dapat mendukung ekosistem budaya sekaligus merawat seni tradisional Jawa di tengah perkembangan pariwisata modern.

Melalui konsistensi menghadirkan pertunjukan budaya, Obelix Sea View kini dikenal bukan hanya sebagai lokasi menikmati pemandangan laut, tetapi juga sebagai pusat apresiasi seni yang aktif dan tetap berakar pada kebudayaan masyarakat Yogyakarta.

Editor: Nadia Qurotul Aini

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *