Kota Cirebon—Kereta Paksi Naga Liman, salah satu pusaka paling menonjol di Keraton Kasepuhan Cirebon, kembali menjadi pusat perhatian wisatawan yang datang berkunjung. Bentuknya yang unik menggabungkan burung (paksi), naga, dan gajah (liman) menjadikan kereta ini ikon budaya yang sarat makna filosofis sekaligus bukti kekayaan akulturasi budaya khas Cirebon. Kereta bersejarah yang tersimpan di area museum Keraton Kasepuhan di Jl. Kasepuhan No. 43, Kesepuhan, Lemahwungkuk, Kota Cirebon itu hampir selalu menjadi objek utama para pengunjung untuk dipotret karena detail ukirannya yang rumit dan tidak ditemukan di tempat lain.
Secara simbolik, tiap unsur pada kereta merefleksikan cara pandang spiritual dan politik kerajaan pada zamannya. Unsur burung (paksi) menggambarkan ketinggian spiritual, naga melambangkan wibawa serta kekuatan yang menjaga tatanan kosmos, sementara gajah (liman) menunjukkan kebijaksanaan dan kemegahan seorang pemimpin. Perpaduan tiga figur tersebut menghadirkan representasi visual tentang pemimpin ideal: kuat, bijaksana, dan memiliki legitimasi spiritual.
Keraton Kasepuhan sejak masa Sunan Gunung Jati dikenal sebagai pusat penting perkembangan Islam di Jawa Barat. Namun islamisasi di Cirebon dilakukan melalui pendekatan budaya yang harmonis. Simbol-simbol lokal tidak dihapus, melainkan diselaraskan dengan nilai-nilai Islam, sehingga pusaka seperti Paksi Naga Liman menjadi wujud nyata perpaduan budaya yang khas dan sarat makna.
Hingga kini, kereta Paksi Naga Liman tetap menjadi magnet bagi wisatawan. Banyak pengunjung mengaku kagum ketika mengetahui bahwa bentuk unik kereta bukan sekadar estetika, tetapi juga menyimpan pesan mendalam tentang perjalanan budaya Nusantara. Kehadirannya di Keraton Kasepuhan tidak hanya memperkaya pengalaman wisata, tetapi juga menjadi pengingat akan bagaimana kerajaan Cirebon membangun identitasnya melalui seni, spiritualitas, dan kearifan lokal.
