
Purwokerto- Penggunaan aplikasi perbankan di Indonesia terus meningkat seiring dengan berkembangnya layanan keuangan berbasis digital. Namun, di tengah kemudahan yang ditawarkan, pemahaman bahasa pada antarmuka aplikasi masih menjadi kendala bagi sebagian masyarakat. Kesulitan ini terutama dirasakan ketika pengguna berhadapan dengan istilah teknis atau instruksi digital yang tidak familiar.
Istilah seperti OTP, virtual account, billing, limit transaksi, dan top up kerap membuat pengguna kebingungan, terutama bagi mereka yang baru beralih dari transaksi konvensional ke layanan digital. Tantangan tersebut sering berdampak pada kelancaran transaksi karena pengguna membutuhkan waktu lebih lama untuk memahami langkah-langkah yang harus dilakukan.
Dalam berbagai situasi, pengguna mengalami kesalahan sederhana seperti keliru memilih menu, ragu saat membaca peringatan keamanan, atau bingung menafsirkan instruksi yang muncul di layar. Hambatan ini menunjukkan bahwa literasi digital bukan hanya soal kemampuan menggunakan perangkat, tetapi juga kemampuan memahami bahasa yang digunakan dalam aplikasi.
Seiring meningkatnya adopsi layanan perbankan digital di masyarakat, pemahaman bahasa menjadi bagian penting dari literasi digital. Kemampuan mengenali istilah, membaca instruksi dengan teliti, serta memahami peringatan keamanan adalah keterampilan dasar yang dibutuhkan agar transaksi dapat dilakukan dengan benar dan aman.
Dengan semakin luasnya penggunaan teknologi finansial, pemahaman bahasa dalam konteks digital menjadi kunci agar masyarakat dapat memanfaatkan layanan perbankan secara optimal, sekaligus mengurangi risiko kesalahan dalam transaksi sehari-hari.
Editor: Rizqia Amali
