Perairan Pesisir Jawa Menyimpan Kehidupan Ekstrem yang Mengubah Paradigma Produktivitas Laut

Perairan pesisir Jawa yang tampak keras dan ekstrem ternyata menyimpan cerita kehidupan yang menakjubkan. Di balik air yang sangat panas, sangat asin, hingga nyaris tanpa oksigen, ada jutaan makhluk mikroskopis yang bekerja tanpa henti menjaga laut tetap hidup dan produktif. Mereka mengubah tempat yang terlihat “mustahil untuk hidup” menjadi panggung keajaiban alam yang luar biasa.

Di daerah yang airnya panas, dekat wilayah vulkanik bawah laut dan buangan air panas industri, hidup bakteri-bakteri tangguh yang justru menyukai suhu tinggi. Mereka bekerja seperti “mesin pengurai super cepat” yang mempercepat penguraian bahan organik dan membantu menyuburkan perairan. Suhu yang bagi banyak organisme lain berbahaya, bagi mereka justru menjadi sumber kekuatan.

Di kawasan yang sangat asin, seperti tambak garam dan muara dengan penguapan tinggi, ada makhluk kecil yang betah hidup di air “seasin air garam pekat”. Mikroalga dan bakteri halofil ini punya cara pintar untuk mengatur cairan dan garam di tubuhnya sehingga tetap seimbang. Meski hidup di lingkungan ekstrem, mereka masih mampu berfotosintesis dan menghasilkan makanan, menjadikan perairan yang tampak “keras” tetap penuh kehidupan.

Sementara itu, di bagian dasar perairan yang gelap dan hampir tanpa oksigen, kehidupan berjalan dengan cara yang tidak biasa. Di sana, bakteri tidak lagi mengandalkan cahaya matahari, tetapi memanfaatkan energi dari senyawa kimia seperti belerang dan metana. Mereka menjadi “pabrik makanan” di kegelapan, membangun dasar rantai makanan dan membantu membersihkan zat-zat berbahaya di perairan.

Sumber:
Dewi, C. S. U., Pangestuti, R., & Radjasa, O. K. (2019). Potensi mikroalga halofil dari tambak garam Jawa Tengah sebagai sumber karotenoid. Jurnal Kelautan Tropis, 22(1), 81-88.

Endrawati, H., Santosa, G. W., & Kusdiyantoro, E. (2016). Produktivitas primer fitoplankton di perairan pesisir Jawa Tengah pada kondisi berbeda. Buletin Oseanografi Marina, 5(2), 89-97.

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *