
CILACAP—Stabilitas pasien pasca hemodialisa menjadi tantangan paling krusial yang diantisipasi oleh tenaga medis. Eni Nurhayati, perawat penyelia sekaligus ketua tim ruang hemodialisa RSUD Majenang berpendapat bahwa risiko penurunan tekanan darah, kram otot, bahkan penurunan kesadaran bisa terjadi selama atau setelah tindakan cuci darah.
“Penurunan pasca hemodialisa kerap muncul dan berbahaya jika tidak diantisipasi. Karena itu, perawat harus teliti memantau tekanan darah, cairan, dan respons pasien sepanjang prosedur,” jelas Eni, Minggu (28/9/2025).
Ia menambahkan, peran perawat hemodialisa juga melakukan analisis perubahan klinis pasien. Koordinasi dengan dokter harus segera dilakukan saat muncul tanda-tanda instabilitas. “Di ruang HD, tindakan cepat bisa menyelamatkan nyawa. Perawat harus memahami mekanisme kerja mesin sekaligus fisiologi tubuh pasien,” ujarnya.
Selain pasien reguler, tim HD RSUD Majenang juga menangani kasus kritis dari IGD dan ICU. Kini, unit menyiapkan mesin dialisis di ICU agar pasien intensif tetap mendapat layanan tanpa dipindahkan. “Prinsipnya, pasien kritis tidak boleh keluar dari ruang intensif. Kami mendatangi mereka dengan membawa layanan HD,” jelasnya.
Dengan pengalaman lebih dari dua dekade, Eni menekankan kepakaran perawat HD terletak pada ketelitian, analisis risiko, dan pembimbingan tenaga baru agar standar pelayanan terjaga. “HD bukan hanya soal prosedur teknis, tetapi juga manajemen risiko. Ketelitian dan kerja sama tim adalah kunci, karena setiap kesalahan kecil bisa berdampak besar bagi keselamatan pasien,” pungkasnya.
Editor : Calista Nariswari Prasetyo