Profesionalisme Seorang Ahli Kopi: Antara Rasa, Teknik, dan Pelayanan

Surakarta – Di tengah geliat industri kopi yang kian berkembang, nama Amirul Iqshan dari Surakarta muncul sebagai sosok barista muda yang menginspirasi. Sejak kecil, Amirul telah mengenal dunia kopi dari lingkungan keluarganya yang berkecimpung di bidang perkebunan. Ia tumbuh bersama aroma kopi yang menenangkan dan bunyi mesin sangrai yang khas. “Sejak umur empat tahun, aku sudah terbiasa melihat proses menanam dan merawat pohon kopi,” ujarnya membuka percakapan.

Barista ( Sumber: Dokumen Pribadi )

Minat itu terus berkembang hingga akhirnya, di usia delapan belas tahun, Amirul mulai bekerja sebagai barista sambil menempuh pendidikan sarjana Psikologi. Dunia kopi yang semula hanya menjadi kebiasaan keluarga kini menjelma menjadi profesi yang penuh makna. “Aku jatuh cinta pada dunia kopi setelah nonton film Filosofi Kopi. Dari situ aku sadar, jadi barista bukan sekadar menyeduh kopi, tapi juga tentang seni dan gaya hidup,” tuturnya sambil tersenyum.

Sertifikat ( Sumber: Dokumen Pribadi )

Amirul telah beberapa kali mengikuti seminar dan webinar seputar kopi untuk memperluas wawasannya. Ia percaya bahwa menjadi profesional tidak cukup hanya dengan pengalaman di meja bar, tetapi juga dengan pengetahuan yang terus diperbarui. “Setiap cangkir kopi punya cerita dan selera yang berbeda. Profesional itu ketika kita bisa menyesuaikan rasa sesuai keinginan pelanggan, bukan memaksakan standar pribadi,” jelasnya.

Baginya, seorang barista yang profesional tidak hanya dituntut menguasai teknik penyeduhan, tetapi juga memiliki sikap dan komunikasi yang baik. “Kopi itu bukan cuma soal rasa. Ada seni dalam pelayanan, dalam cara kita menyapa dan memahami pelanggan,” ucapnya. Ia pun menambahkan bahwa suasana hati barista turut berpengaruh pada hasil seduhan. “Kalau mood-nya jelek, kadang rasa kopi juga bisa berubah, lebih pahit atau berat di lidah,” katanya jujur.

Kini Amirul tidak hanya aktif di balik meja bar, tetapi juga terlibat dalam pengembangan konsep coffee shop. Ia membantu merancang kedai kopi mulai dari ide konsep, menu, hingga pelatihan barista. Meski begitu, ia berharap profesi barista di Indonesia mendapat perhatian lebih, terutama dari segi kesejahteraan. “Pekerjaan barista itu kompleks, tapi sering kali belum sebanding dengan penghasilannya. Harapanku, barista bisa lebih dihargai sebagai profesi profesional,” tuturnya penuh harap.

Sumber: Dokumen Pribadi

Menutup perbincangan, Amirul menyampaikan pandangannya tentang filosofi kopi yang ia pegang teguh: “Kopi itu bukan sekadar minuman. Ia adalah jembatan untuk berbagi cerita, menumbuhkan ide, dan mempertemukan banyak orang.” Dengan ketekunan, pengetahuan, dan hati yang tulus, Amirul Iqshan membuktikan bahwa profesionalisme sejati lahir dari rasa, teknik, dan pelayanan yang menyatu dalam setiap seduhan. “Selama kita mencintai apa yang kita kerjakan, hasil terbaik akan selalu menemukan jalannya.”

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *