Romantika Malam Titik Nol Kilometer Yogyakarta

Sumber: dokumen pribadi

Yogyakarta –  Malam di Yogyakarta seakan tak pernah kehilangan pesonanya. Di jantung kota, terdapat sebuah ruang yang tak pernah sepi dari langkah kaki yaitu Titik Nol Kilometer. Kawasan persimpangan ini tidak hanya menjadi pusat lalu lintas kota, tetapi juga titik temu kenangan bagi siapa saja yang singgah. Lokasinya strategis, dikelilingi berbagai ikon wisata seperti Jalan Malioboro, Pasar Beringharjo, Museum Benteng Vredeburg, hingga Keraton Yogyakarta. Deretan bangunan peninggalan kolonial Belanda, seperti Kantor Pos Indonesia, Bank Indonesia, dan Gedung BNI 1946 menambah kesan historis yang membuat kawasan ini semakin istimewa.

Ketika senja berganti malam, Yogyakarta menghadirkan cerita yang berbeda. Di Titik Nol Kilometer, setiap langkah kaki berpadu dengan cahaya lampu kota, alunan musik jalanan, dan hiruk-pikuk yang terasa akrab. Suasana romantika malam di kawasan ini mampu memikat siapa saja baik warga lokal yang tumbuh bersama Jogja, maupun wisatawan luar kota yang menjadikannya tempat rindu untuk kembali.

Azzam, seorang pemuda asli Yogyakarta, mengaku bahwa Nol Kilometer memiliki tempat tersendiri di hati anak muda lokal. “Bagi saya, Nol Kilometer itu bukan sekadar tempat singgah, tapi ruang berkumpul yang penuh cerita,” tuturnya. Azzam menambahkan bahwa hampir setiap minggu ia datang, sekadar nongkrong atau berbagi cerita bersama teman-temannya. “Nol Kilometer itu seperti halaman depan rumah bagi anak muda Jogja. Momen sederhana di sini justru membekas sampai sekarang,” imbuhnya.

Sementara itu, pengalaman berbeda datang dari wisatawan luar kota. Rahma Putri Rotama, mahasiswi UNS Solo, mengaku sudah sering berkunjung ke Jogja, baik sebelum maupun setelah menjadi mahasiswi. “Saya sudah sering ke Jogja, bahkan sejak sebelum kuliah di UNS. Tapi setiap kali kembali dan singgah di Nol Kilometer, rasanya tetap istimewa,” ujarnya. Ia menuturkan bahwa suasana kawasan ini selalu hangat, terutama pada malam hari. “Gedung tuanya indah, suasananya ramai tapi nyaman. Jogja adalah kota yang sulit dilupakan, selalu ada rindu yang membuat saya ingin kembali,” tambahnya.

Dua sudut pandang ini, baik dari warga lokal maupun pendatang, menyatu dalam satu kesan. Jogja selalu memiliki cara untuk mengikat hati setiap orang yang singgah. Titik Nol Kilometer bukan sekadar persimpangan kota, melainkan romantika kenangan yang menjadikan Yogyakarta benar-benar pantas disebut kota seribu kenangan.

Editor: Zahra Jerolin

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *