
Purbalingga Penyakit jantung masih menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi di Indonesia setelah stroke. Oleh karena itu, kesadaran masyarakat untuk menjaga kesehatan jantung sejak dini sangat penting untuk ditingkatkan. Hal ini disampaikan oleh dr. Lita Hati Dwi Purnami Effendi, dokter spesialis jantung di RSUD Goeteng Taroenadibrata Purbalingga, dalam wawancara pada Senin (6/10).
Menurut dr. Lita, penyakit jantung, khususnya penyakit jantung koroner, memiliki dua jenis faktor risiko, yaitu yang dapat dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi meliputi genetik, usia, dan jenis kelamin. Sementara itu, faktor yang dapat dimodifikasi berkaitan dengan gaya hidup, seperti kolesterol tinggi, hipertensi, diabetes, dan kebiasaan merokok.
“Faktor risiko yang bisa dimodifikasi, seperti pola makan, kebiasaan merokok, tekanan darah tinggi, dan kadar kolesterol, perlu dikendalikan sejak dini. Jika tidak, pembuluh darah bisa rusak dan memperbesar peluang terkena penyakit jantung,” jelasnya.
Dr. Lita menjelaskan bahwa menjaga kesehatan jantung sebaiknya dilakukan sedini mungkin, bahkan sejak usia remaja. Hal ini karena proses pembentukan plak kolesterol pada pembuluh darah bisa dimulai sejak usia 18 hingga 19 tahun. “Kalau pola hidup tidak sehat sudah dimulai sejak muda, maka risikonya akan menumpuk dan meningkat seiring bertambahnya usia. Jadi, menjaga jantung harus dimulai sejak dini dengan olahraga dan pola makan sehat,” ujarnya.
Ia juga menyoroti masih rendahnya kebiasaan masyarakat Indonesia untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin (skrining). Banyak orang baru datang ke rumah sakit setelah penyakitnya menimbulkan komplikasi. “Masyarakat kita cenderung baru memeriksakan diri setelah muncul komplikasi, seperti serangan jantung atau stroke. Padahal, penyakit seperti hipertensi dan diabetes sering kali tidak menimbulkan gejala,” ungkapnya.
Selain faktor gaya hidup, dr. Lita menambahkan bahwa stres dan pola makan yang tidak sehat juga berperan besar terhadap kesehatan jantung. Pola makan tinggi lemak dapat menyebabkan endapan pada pembuluh darah, sedangkan stres berkepanjangan dapat meningkatkan detak jantung dan menyempitkan pembuluh darah sehingga kerja jantung menjadi lebih berat.

Terkait pengobatan, dr. Lita menjelaskan bahwa langkah medis disesuaikan dengan kondisi pasien. Jika penyakit jantung koroner masih dalam tahap stabil, pasien dapat ditangani melalui pengobatan dan perubahan gaya hidup. Namun, pada kondisi yang lebih berat, dapat dilakukan tindakan seperti pemasangan ring jantung. “Penyakit jantung memang tidak bisa sembuh total, tetapi bisa dikendalikan agar tetap stabil. Kuncinya adalah disiplin berobat dan menerapkan gaya hidup sehat,” katanya.
Dr. Lita berharap masyarakat tidak menunggu sampai sakit untuk mulai peduli terhadap kesehatannya. Ia menekankan bahwa pencegahan merupakan langkah paling sederhana, tetapi paling efektif untuk menyelamatkan nyawa.
Kesadaran untuk berolahraga, mengatur pola makan, dan mengelola stres menjadi investasi jangka panjang bagi kesehatan. “Menjaga jantung berarti menjaga hidup. Mulailah hari ini, bukan besok,” pesannya penuh makna.
Editor : Nazwa Oktavianita