Sopan Santun di Dunia Maya: Tantangan Etika Bahasa Generasi Digital

Internet merupakan jaringan yang memungkinkan pertukaran informasi dan komunikasi antarpengguna di seluruh dunia. Melalui internet, manusia dapat berinteraksi tanpa batas ruang dan waktu. Jumlah pengguna internet di Indonesia telah mencapai 221 juta jiwa atau 77,5% dari total populasi nasional dengan generasi muda yang mendominasi. Data tersebut menunjukkan bahwa internet sudah menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat modern.

Bagian dari dunia maya yang paling sering digunakan di internet untuk berbagi informasi, pendapat, dan ekspresi diri adalah media sosial. Namun, kebebasan mengekspresikan diri yang tinggi di media sosial sering kali tidak diiringi dengan kesadaran etika berbahasa. Bahasa yang kasar, sindiran tajam, atau komentar menyinggung kini mudah ditemui dan berpotensi menimbulkan konflik antarpengguna. Fenomena ini menandakan menurunnya kesadaran etika dalam berinteraksi secara daring, padahal setiap unggahan dan kata yang ditulis mencerminkan kepribadian penggunanya.

Pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Digital berupaya membangun ekosistem digital yang berfokus pada peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui literasi digital. Program ini tidak hanya menekankan kemampuan teknis, tetapi juga menanamkan nilai tanggung jawab, sopan santun, serta kemampuan berpikir kritis di ruang digital. Generasi muda didorong untuk menjadi pengguna yang cerdas, kreatif, dan beretika dalam memanfaatkan teknologi.

Menjaga sopan santun di dunia maya berarti memahami bahwa setiap kata memiliki makna serta dampak yang nyata dan permanen. Fenomena penurunan etika berbahasa di ruang digital adalah cerminan yang tidak dapat kita abaikan, sebab kebebasan berekspresi harus selalu diimbangi dengan kesadaran akan tanggung jawab. Oleh karena itu, tantangannya kini adalah bagi setiap pengguna, terutama generasi muda, untuk membuktikan integritas diri dalam setiap interaksi daring. Jika generasi digital Indonesia mampu menyeimbangkan kebebasan berekspresi dengan etika berbahasa, dunia maya dapat menjadi ruang yang sehat, inklusif, dan membangun karakter bangsa yang beradab.

Editor: Eki Latifa Nikmah

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *