
Purwokerto—Tari Jaipong merupakan salah satu warisan budaya Sunda yang masih bertahan hingga kini. Tarian yang berasal dari Karawang, Jawa Barat ini dikenal melalui gerakannya yang dinamis dan iringan musik yang khas. Jaipong tetap digemari masyarakat karena menghadirkan nilai estetika, sosial, dan filosofi yang kuat.
Jaipong pertama kali berkembang pada 1960 melalui inovasi seniman Karawang, H. Suanda. Ia memadukan unsur tari Benjet, Wayang Golek, Ketuk Tilu, dan Pencak Silat sehingga menghasilkan pertunjukan yang lebih ekspresif. Tarian ini diiringi oleh permainan musik dan nyanyian sinden. Inovasi tersebut kemudian dikembangkan kembali oleh seniman asal Bandung, Gugum Gumbira, pada 1970-an sehingga membuat Jaipong semakin populer dan menyebar ke berbagai daerah di Jawa Barat.
Di tengah maraknya hiburan modern, Jaipong menghadapi penurunan minat dari masyarakat. Untuk mengatasi hal tersebut, beberapa sanggar tari di Karawang memanfaatkan media digital seperti TikTok dan Instagram untuk memperkenalkan Jaipong kepada generasi muda. Mereka rutin mengunggah video latihan, pementasan, dan konten kreatif yang menggabungkan unsur musik tradisional dan modern.
Selain melalui sanggar, upaya pelestarian Jaipong juga dilakukan melalui kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Melalui dua jalur ini, siswa dan anak-anak mendapat kesempatan untuk mempelajari gerakan Jaipong secara langsung. Dukungan sekolah dan komunitas seni membantu memastikan Jaipong tetap dikenali, dipelajari, dan diapresiasi oleh generasi muda di tengah perkembangan budaya modern.
Editor: Khansa Faiza Rahmah
