Banyumas – Gema gamelan Banyumasan, lenggokan anggun penari, dan warna-warni busana tradisional memenuhi GOR Satria Purwokerto pada 22 Juni 2025 lalu. Ribuan penari Lengger dari berbagai daerah tampil dalam perhelatan Banyumas Lengger Bicara 2025 bertema “Satria Swarna Banyumas”. Acara ini bukan sekadar pertunjukan, melainkan perayaan atas keteguhan masyarakat Banyumas menjaga warisan leluhur.
Tari Lengger sendiri merupakan salah satu kesenian khas Banyumas yang telah hidup berabad-abad. Dalam bahasa Jawa Banyumasan, kata Lengger berasal dari “elingo ngger”, yang berarti “ingatlah, Nak”. Makna ini menjadi pesan agar manusia senantiasa ingat kepada asal-usulnya, kepada Tuhan, dan kepada nilai-nilai kehidupan. Dalam setiap gerakannya, Tari Lengger menyimbolkan keseimbangan antara kelembutan dan kekuatan dua hal yang merepresentasikan karakter masyarakat Banyumas yang ramah, jujur, dan terbuka.
Gelaran Satria Swarna Banyumas menjadi bentuk adaptasi modern dari kesenian klasik tersebut. Perpaduan antara gamelan, tata cahaya, dan teater menjadikan pertunjukan ini tidak hanya menghibur, tetapi juga sarat pesan tentang identitas dan kebanggaan daerah. “Satria Swarna” diartikan sebagai “Satria Emas”, melambangkan semangat masyarakat Banyumas untuk menjaga kemurnian budaya di tengah arus modernisasi.
Kegiatan ini juga menjadi kelanjutan dari kesuksesan Banyumas 10.000 Lengger Bicara pada 2024, yang sempat mencatat rekor dunia dengan ribuan penari tampil serentak di tempat yang sama. Dari sana, semangat pelestarian budaya terus tumbuh, terutama di kalangan generasi muda yang kini mulai mempelajari Tari Lengger di sekolah-sekolah dan sanggar.
Lebih dari sekadar tontonan, Lengger telah menjadi media pembelajaran nilai-nilai sosial. Dalam setiap pertunjukan, terkandung pesan tentang kebersamaan, kegembiraan, dan penghormatan terhadap alam serta sesama manusia. Di masa lalu, Lengger bahkan berfungsi sebagai sarana dakwah dan penyampaian pesan moral di masyarakat.
Kini, lewat kegiatan seperti Banyumas Lengger Bicara 2025, seni tradisi itu menemukan wajah barunya. Ia tidak hanya bertahan sebagai tarian rakyat, tetapi juga menjadi simbol kreativitas dan kebanggaan daerah. Dari panggung GOR Satria, suara gamelan dan gerak Lengger mengingatkan kita semua bahwa budaya bukan sekadar warisan masa lalu, melainkan identitas yang harus terus hidup di masa depan.
Editor:
