BANYUMAS — Begalan, tradisi yang menjadi ciri khas dari prosesi pernikahan masyarakat Banyumas, masih tetap eksis hingga saat ini. Dalam konteks budaya, begalan bukan termasuk ke dalam aksi kriminal, melainkan seni tutur yang dikemas dalam bentuk lawakan dan simbolisme. Tradisi begalan masih terus bertahan ditengah gempuran budaya asing berkat adanya kontribusi dari para tokoh pelestarinya.
Mbah Uung, yang kerap disapa Mbaeh dalam lingkup seni begalan, menjadi salah satu dari banyaknya masyarakat Banyumas yang ikut andil dalam pelestarian tradisi ini. Mbah Uung sendiri konsisten menjadi seorang pelakon begalan dari tahun 2004.
“Mbah Uung melaksanakan begalan dari tahun 2004 sampai sekarang, mungkin sampai titik terakhir nanti tetap akan melestarikan budaya Banyumasan yang berbentuk begalan ini,” ujarnya dengan penuh dedikasi.
Dalam setiap aksinya, Mbah Uung selalu menampilkan pertunjukan yang penuh dengan penghayatan. Setiap gerakan, dialog, dan humor khasnya mampu memikat perhatian para tamu undangan, sekaligus menyisipkan pesan-pesan moral yang terkandung dalam setiap properti yang digunakan selama berlangsungnya begalan.
“Ada 12 macam peralatan dapur yang dipakai saat begalan. Properti-properti begalan itu mengandung arti untuk nanti bisa dilaksanakan oleh pengantin supaya hidupnya tertata sesuai dengan properti yang dibawa oleh juru begal tersebut,” jelas Mbah Uung.
Menurut Mbah Uung, masing-masing properti yang digunakan dalam begalan memiliki maknanya tersendiri, biasanya disesuaikan dengan bagaimana bentuk dari properti tersebut. Salah satu contohnya adalah siwur, siwur dalam begalan adalah gayung atau alat mengambil air. Siwur berasal dari kalimat “asihe aja diawur-awur” yang menggambarkan cinta dari pasangan pengantin jangan sampai dibagi atau diberikan untuk orang lain selain pasangan masing-masing.
Selama lebih dari dua dekade, begalan sudah menjadi bagian hidup dari Mbah Uung. Dirinya tidak hanya diminta untuk tampil di atas panggung adat ataupun acara pernikahan, Mbah Uung juga kerap diminta menjadi narasumber untuk memperkenalkan tradisi begalan kepada khalayak ramai.
Kehadiran Mbah Uung sebagai pelakon begalan dianggap sebagai bukti nyata bahwa tradisi lama masih bisa bertahan apa bila ada orang yang dengan senang hati melestarikan tradisi tersebut. Di usianya yang tidak muda lagi, Mbah Uung masih memiliki semangat membara yang tak pernah padam. Dengan pakaian tradisional yang sederhana dan logat Banyumas yang kental, Mbah Uung selalu berhasil membuat suasana acara menjadi hangat dan penuh makna.
Mbah Uung berharap akan semakin banyak anak muda Banyumas yang ikut serta mencintai dan melestarikan tradisi begalan, sehingga tradisi ini tetap lestari sampai generasi mendatang.
Editor: Afifah Ghina Khalda