Tenang di Balik Benang dalam Jagat Rasa: Cerita Waktu dari Sebuah Profesi

Tenang di Balik Benang karya Farasyamanda Callysta Putri. (Foto: Dokumentasi Pribadi)

Deru mesin jahit terdengar pelan di sebuah sudut Jalan Jenderal Suprapto, Kauman Lama, Purwokerto Lor. Di tengah ruang kerja sederhana itu, seorang penjahit tampak fokus mengerjakan kain di hadapannya. Tangannya bergerak perlahan namun pasti, seolah mengikuti ritme waktu yang telah ia jalani bertahun-tahun. Momen keseharian inilah yang diabadikan dalam karya fotografi berjudul Tenang di Balik Benang.

Karya foto jurnalistik tersebut merupakan hasil karya Farasyamanda Callysta Putri yang dipamerkan dalam acara Jagat Rasa dengan tema besar Spektrum Waktu. Foto ini merepresentasikan fase dewasa akhir, sebuah fase kehidupan yang sarat akan pengalaman, ketekunan, dan konsistensi. Menurut Farasyamanda, profesi penjahit menjadi simbol yang tepat untuk menggambarkan fase tersebut karena pekerjaannya tidak dibentuk secara instan, melainkan melalui proses panjang yang berlangsung dari waktu ke waktu.

“Seorang penjahit menjalani pekerjaannya dengan pengalaman dan ketelitian yang terus terasah. Dari situlah nilai sebuah profesi terbentuk,” ungkap Farasyamanda.

Melalui Tenang di Balik Benang, Farasyamanda tidak berupaya menangkap momen yang istimewa atau dibuat dramatis. Ia justru tertarik pada rutinitas keseharian sang penjahit saat bekerja. Cara mengukur kain, menggerakkan mesin jahit, hingga menyelesaikan pekerjaannya secara perlahan menjadi inti cerita visual dalam foto tersebut. Rutinitas yang tampak sederhana ini menyimpan makna tentang ketekunan dan keberlanjutan hidup yang dijalani dalam diam.

Pesan utama yang ingin disampaikan melalui foto ini adalah bahwa sebuah profesi tidak hanya berbicara tentang hasil akhir, tetapi juga tentang proses panjang di baliknya. Nilai kesabaran dan ketelitian yang tergambar dalam foto tersebut menjadi sorotan, terutama karena pekerjaan seperti ini sering kali dianggap biasa dan luput dari perhatian.

Proses pengambilan foto dilakukan langsung di tempat kerja sang penjahit di kawasan Purwokerto Timur. Tantangan utama dalam proses pemotretan terletak pada pencahayaan yang terbatas serta ruang kerja yang sempit. Namun kondisi tersebut sengaja dibiarkan apa adanya agar foto tetap terlihat natural dan tidak terkesan dibuat-buat. Sang penjahit pun menyadari kehadiran kamera, tetapi tidak diarahkan, sehingga aktivitas yang terekam tetap berlangsung secara alami dengan izin dari objek foto.

Meski tidak memiliki hubungan personal dengan sang penjahit, kedekatan Farasyamanda dengan lingkungan tersebut menjadi alasan kuat pemilihan objek. Kawasan itu setiap hari ia lewati dan dipenuhi deretan penjahit yang bekerja dengan ritme serupa. Dari situ, ia memilih satu sosok secara acak untuk mewakili profesi yang kerap hadir di sekitar kita, namun jarang benar-benar diperhatikan.

Bagi saya sebagai penulis, foto Tenang di Balik Benang tidak hanya berhenti sebagai dokumentasi visual, tetapi juga menghadirkan rasa tenang yang sederhana. Melalui potret ini, saya diajak untuk lebih peka terhadap proses panjang yang dijalani seseorang dalam bekerja. Di balik benang, kain, dan mesin jahit yang bergerak perlahan, tersimpan cerita tentang waktu, kesabaran, dan profesi-profesi sederhana yang diam-diam menopang kehidupan kita sehari-hari.

Editor: Artika Sari Dewi

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *