Tiga Hari, Dua Medium, Satu Refleksi: Seni Mahasiswa PBI 2023 di FIB Unsoed

Purwokerto—Selama tiga hari, dua medium seni berbicara dengan caranya masing-masing di Aula Bambang Lelono Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed). Panggung drama menyuarakan emosi, sementara bingkai foto mengajak penonton berhenti dan merenung. Melalui pentas teater dan pameran fotografi, mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia (PBI) 2023 menjadikan ruang ini sebagai tempat refleksi atas proses, kehidupan, dan kenyataan yang tak selalu berjalan lurus.

Lampu Aula Bambang Lelono perlahan meredup ketika suara langkah penonton mulai memenuhi ruangan. Di luar, deretan foto tergantung rapi, menunggu mata-mata yang singgah. Selama tiga hari, 10–12 Desember 2025, mahasiswa PBI 2023 menjadikan aula bukan sekadar ruang ujian, melainkan panggung refleksi kehidupan.

Acara puncak mata kuliah Penyutradaraan dan Jurnalisme Fotografi ini bernama “Jagat Rasa”, memadukan pentas drama dengan judul berbeda setiap hari dan pameran fotografi bertajuk “Spektrum Waktu”. Sejak pukul 17.00 WIB, penonton bebas memilih menyusuri foto atau menanti pertunjukan yang dimulai pukul 18.00 hingga sekitar 20.30 WIB.

Salah satu pementasan yang mencuri perhatian adalah “Orang-Orang di Tikungan Jalan”. Di balik panggung, Fina menarik napas panjang. Malam itu ia tidak hanya tampil sebagai aktor, tetapi juga menantang batas dirinya sendiri lewat tokoh Narko, peran yang awalnya bukan miliknya.

“Awalnya aku itu sebenarnya jadi penjual wedang kacang, tetapi seiring berjalannya waktu, tiba-tiba waktu kita casting, pemeran wedang kacang itu diganti, ditukar sama si Narko ini,” ujar Fina.

Tantangan terbesar bagi Fina adalah memerankan sosok laki-laki dengan kondisi kejiwaan yang kompleks. Gestur maskulin, suara lantang, hingga emosi yang meledak-ledak harus ia bangun melalui proses panjang. Ia bahkan sengaja membentuk mood yang buruk agar mampu menangis di atas panggung.

Ia juga mengaku merasakan ketegangan luar biasa menjelang tampil di panggung. “Deg-degan parah, gemetar. Terus karena Narko ini harus teriak dan merintih, jadi aku di situ tricky-nya harus punya mood yang jelek agar aku bisa nangis.”

Di sisi lain aula, pameran fotografi yang diketuai M. Fathu Rozak mengajak penonton berhenti sejenak. Mengusung tema “Spektrum Waktu”, foto-foto yang dipajang merekam perjalanan hidup manusia dari masa kanak-kanak hingga dewasa.

“Kami ingin menunjukkan bahwa kehidupan yang menyenangkan di masa kecil belum tentu sama ketika dewasa. Apa yang kita impikan dulu sering kali berbeda dengan kenyataan,” jelas Rozak.

Selama pameran berlangsung, pengunjung terlihat cukup antusias menikmati karya yang dipajang. Namun, Rozak menilai masih ada pengunjung yang belum sepenuhnya menangkap pesan yang ingin disampaikan. “Jadi kayak sebatas menikmati fotonya, tetapi enggak tahu ini fotonya sebenarnya mau menyampaikan apa,” ujarnya.

Melalui pameran ini, panitia berharap pengunjung dapat melakukan refleksi. “Untuk berefleksi sih, bahwa ternyata kehidupan itu enggak selalu sesuai dengan apa yang kita harapkan,” pungkas Rozak.

Selama tiga malam di FIB Unsoed, panggung dan dinding pameran berbicara dengan cara yang berbeda. Drama menghadirkan emosi yang meledak-ledak, sementara foto-foto mengajak diam dan merenung. Bagi mahasiswa PBI 2023, acara ini bukan hanya penutup mata kuliah, melainkan pertemuan pertama mereka dengan kenyataan bahwa seni, seperti hidup, tidak selalu berjalan lurus dan nyaman.

Editor: Wanda Apriliani

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *