Tren Skincare pada Anak: dr. Listya Tanjung Ungkap Risiko dan Batas Aman

Dr. Listya Tanjung, MM., Dilp. AAAM. sedang menjelaskan kesehatan dan perawatan kulit manusia (Sumber: dokumentasi pribadi)

Fenomena anak-anak usia sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP) yang mulai menggunakan skincare kini semakin sering terlihat. Melalui media sosial, anak-anak yang termasuk dalam Generasi Alpha kini mulai mengenal berbagai produk perawatan wajah, bahkan sebagian sudah memiliki rutinitas skincare harian layaknya remaja atau orang dewasa.

Menurut dr. Listya Tanjung, MM., Dilp. AAAM, dokter kecantikan dari Griya Estetik Elbe Skin, Karang Tengah, Cilongok, Banyumas, tren ini memiliki dua sisi: positif dan negatif.

“Kalau dari sisi positif, anak-anak sekarang lebih sadar pentingnya menjaga kebersihan dan kesehatan kulit. Tapi di sisi lain, banyak yang hanya ikut-ikutan teman atau influencer tanpa tahu cocok tidaknya produk itu untuk kulit mereka,” ujar dr. Listya.

Kesadaran Dini atau FOMO?

Generasi Alpha dikenal berani mencoba hal baru tanpa banyak berpikir panjang. Mereka mudah penasaran dan cepat bertindak. Lingkungan sekitar dan media sosial ikut memperkuat rasa ingin tahunya. Akibatnya, mereka kerap mengikuti tren skincare yang sedang populer, kadang tanpa memahami kandungan atau efek produk tersebut.

Listya mengungkapkan bahwa fenomena ini bisa menjadi hal baik bila didampingi oleh orang tua yang paham tentang kesehatan kulit. Banyak anak Gen Alpha merupakan anak dari orang tua Generasi Milenial atau Gen Z yang sudah terbiasa merawat diri. “Kalau orang tuanya tahu produk yang aman, lalu anak diarahkan pakai yang sesuai usianya, itu justru bagus,” tambahnya.

Risiko Jika Tidak Sesuai Usia

Namun, penggunaan skincare tanpa pengetahuan yang cukup bisa berdampak serius. Dr. Listya mengingatkan bahwa kulit anak masih sensitif dan belum siap menerima bahan aktif tertentu.

“Kalau anak usia 10 tahun sudah pakai produk dengan bahan kimia kuat seperti tretinoin, paraben, atau hidroquinone, itu bisa merusak skin barrier dan membuat kulit sensitif. Dalam jangka panjang bisa menyebabkan hiperpigmentasi, bahkan risiko kanker kulit,” tegasnya.

Karena itu, ia menyarankan agar anak-anak hanya menggunakan produk dasar seperti sabun cuci muka, pelembap ringan, dan sunscreen sesuai usia.

Peran Orang Tua dan Pengawasan

Selain edukasi soal produk, pendampingan orang tua juga penting dalam membatasi screen time dan dampak media sosial. “Saya pribadi tidak melarang anak melihat TikTok, tapi tetap harus didampingi. Banyak konten edukatif, tapi juga banyak yang bisa memengaruhi mental anak. Jadi prinsipnya bukan hanya mampu, tapi mau mendampingi,” ujar dr. Listya yang juga seorang ibu.

Ia menegaskan bahwa anak di bawah 14 tahun masih menjadi tanggung jawab penuh orang tua. Larangan keras tanpa penjelasan justru membuat anak semakin penasaran. Jika anak meminta skincare, orang tua sebaiknya tidak langsung melarang, melainkan mengajak berdiskusi dan menjelaskan mana produk yang aman dan sesuai usia, serta mana yang belum boleh digunakan. Dengan pendekatan seperti ini, anak-anak bisa belajar memilih dengan logis sambil tetap menjaga rasa ingin tahu mereka.

Tips dan Pesan untuk Generasi Muda

Dr. Listya berbagi tips sederhana merawat kulit untuk anak-anak:

“Yang penting dua hal saja, clean dan protect. Bersihkan wajah pakai sabun muka, lalu pakai sunscreen sesuai usia. Itu sudah cukup untuk menjaga kulit sehat,” pesannya.

Dr. Listya juga menekankan pentingnya membangun rasa percaya diri anak terhadap kondisi kulitnya sendiri. Menurutnya, kulit sehat itu tidak ditentukan oleh warna kulit, tetapi oleh kulit yang bersih, tidak berjerawat, dan tidak bergantung pada skincare berat. Pesan ini sekaligus mengingatkan bahwa peran orang tua sangat penting. Dengan pendampingan yang tepat, anak-anak bisa belajar merawat diri dengan baik sekaligus memahami konsep kecantikan yang sehat.

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *