Purwokerto — Pembelajaran menulis dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia masih menjadi tantangan bagi siswa kelas tujuh. Banyak siswa mengaku kesulitan menuangkan ide ke dalam bentuk tulisan, terutama ketika diminta membuat teks deskripsi, cerita pengalaman, atau karangan sederhana. Kesulitan tersebut tidak hanya berkaitan dengan ide, tetapi juga dengan kepercayaan diri dalam menggunakan bahasa tulis.
Bunga, siswa kelas VII di salah satu SMP di Cilacap, mengatakan bahwa tugas menulis sering membuatnya bingung sejak awal. “Aku sering tidak tahu harus mulai dari mana. Kadang sudah punya bayangan ceritanya, tapi pas ditulis malah berhenti di tengah,” ujarnya. Ia juga mengaku sering ragu dengan pilihan kata dan susunan kalimat sehingga tulisannya terasa kurang berkembang.
Hal serupa disampaikan oleh Rara, teman sekelas Bunga. Menurutnya, menulis terasa lebih sulit dibandingkan membaca atau mengerjakan soal pilihan ganda. “Kalau menulis itu harus mikir lama. kalimatnya aneh. Jadi sering bolak balik dihapus,” katanya. Rara mengaku lebih percaya diri ketika tugas menulis dikerjakan bersama teman, karena bisa saling bertukar ide.
Guru Bahasa Indonesia di sekolah tersebut membenarkan bahwa keterampilan menulis memang menjadi tantangan utama bagi siswa kelas tujuh. Guru menilai siswa masih berada pada tahap penyesuaian dari jenjang sekolah dasar ke sekolah menengah, sehingga kemampuan menyusun paragraf dan mengembangkan gagasan belum terbentuk dengan baik. Selain itu, kebiasaan siswa yang jarang menulis di luar tugas sekolah juga memengaruhi kelancaran mereka dalam menulis.
Dalam proses pembelajaran, guru berupaya membantu siswa dengan memberikan contoh teks, latihan menulis bertahap, serta umpan balik sederhana agar siswa tidak merasa terbebani. Guru juga mendorong siswa untuk menulis berdasarkan pengalaman sehari-hari agar ide lebih mudah ditemukan dan tulisan terasa dekat dengan kehidupan mereka.
Kesulitan menulis yang dialami siswa kelas tujuh menunjukkan pentingnya pembiasaan sejak awal. Menulis tidak hanya berfungsi sebagai tugas akademik, tetapi juga sebagai sarana melatih cara berpikir dan menyampaikan gagasan. Dengan pendampingan yang konsisten dan suasana belajar yang mendukung, kemampuan menulis siswa diharapkan dapat berkembang secara perlahan dan tidak lagi dianggap sebagai beban dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.
Editor:
