Dokumentasi pribadi
Purwokerto – Di era chat dan media sosial, bukan hanya kata yang penting, tetapi cara mengetiknya. Fenomena “typing kereta”, yakni memanjangkan huruf terakhir suatu kata seperti “sayaangggg”, “gemessss”, atau “capeekkk”, kini menjadi ciri khas komunikasi digital, terutama di kalangan anak muda, khususnya perempuan. Kata yang dipanjangkan ini tidak sekadar iseng, tetapi memiliki fungsi ekspresif yang unik.
Memanjangkan huruf dalam chat, seperti menulis “sayaangggg” atau “gemessss”, berfungsi untuk menekankan emosi dan membuat pesan terdengar lebih hidup. Cara mengetik seperti ini dapat menunjukkan rasa manja, kehangatan, atau intensitas perasaan yang lebih tinggi dibanding menulis kata biasa. Selain itu, perilaku ini membuat pesan terdengar lebih personal dan intim, seolah pengirim benar-benar menyampaikan emosi secara nyata. Bagi orang yang tidak terbiasa dengan gaya ini, pesan dapat terlihat lucu atau membingungkan, tetapi bagi anak muda yang sering chat di media sosial, hal ini menjadi cara kreatif untuk mengekspresikan diri.
Dalam chat atau DM, teknik ini menambah kesan manis, imut, atau lucu sehingga pesan terasa lebih hangat dan menyenangkan bagi penerima. Fenomena ini juga menuntut literasi digital, terutama kemampuan membaca konteks dan nuansa pesan. Orang yang tidak terbiasa dengan gaya ini mungkin menafsirkan pesan secara literal, padahal perpanjangan huruf menandakan intensitas emosi, bukan sekadar kata biasa.
Kini, typing kereta menjadi bagian dari ekspresi identitas digital. Tidak hanya sekadar tren, cara mengetik ini mencerminkan kreativitas, empati digital, dan dinamika komunikasi generasi muda. Dengan satu huruf yang dipanjangkan, pesan sederhana dapat berubah menjadi ekspresi emosional yang kuat, membuktikan bahwa bahasa digital selalu hidup dan berkembang sesuai kebutuhan penggunanya.
Editor: Rizki Wahyu Aulia Nisa
