Valentino Agung Setiawan: Bukti bahwa Prestasi Akademik dan Nonakademik Bisa Berjalan Seirama

Banjarnegara —Di tengah tuntutan akademik yang semakin kompleks, Valentino Agung Setiawan mahasiswa Program Studi Manajemen Universitas Atmajaya Yogyakarta (UAJY) berhasil menunjukkan bahwa prestasi akademik dan non-akademik dapat berjalan beriringan.

Pria 21 tahun itu, baru-baru ini meraih medali emas dalam ajang Pra Porprov Jawa Tengah yang merupakan ajang latihan dan pemanasan jelang Pekan Olahraga Provinsi (Porprov). Meski ia aktif sebagai atlet karate, ia tetap mempertahankan prestasi akademiknya di bangku kuliah. Di luar sorotan medali, Valentino memberikan gambaran praktis tentang manajemen waktu, motivasi, dan makna “mahasiswa berprestasi” dari perspektif seorang atlet dan mahasiswa.

Valentino menunjukkan bahwa mahasiswa dengan aktivitas non-akademik yang aktif cenderung memiliki kemampuan manajemen waktu yang lebih baik, sehingga berdampak positif pada prestasi belajar. Pencapaiannya ini menunjukkan bahwa mahasiswa masa kini seharusnya membangun prestasi secara holistik tidak hanya melalui nilai, tetapi juga melalui proses, pengalaman, dan konsistensi dengan tidak pernah berhenti serta melakukan terus-menerus hingga tujuan tersebut tercapai.

Kemampuan soft skill seperti disiplin, ketangguhan, interpersonal skills, dan adaptabilitaskini menjadi faktor utama keberhasilan karier, bahkan lebih dominan daripada nilai akademik semata. Hal ini sesuai dengan pendapat Valentino yang menyatakan bahwa IPK itu penting, tetapi pengalaman dan karakter yang terbentuk dari aktivitas non akademik lebih bertahan lama.

Valentino juga menjelaskan bahwa kemampuan mengatur waktu menjadi kunci utama. “Cara saya membagi waktu adalah dengan menentukan skala prioritas. Saat masa kuliah, saya latihan tujuh kali seminggu, tetapi kuliah tetap tujuan utama. Jadi saya membuat jadwal kuliah yang sesuai, ataupun tidak bertepatan dengan jadwal latihan saya. Dengan itu, saya dapat memanajemen waktu saya, sehingga semua aktivitas yang saya lakukan dapat tercover semuanya,” ujarnya.

Valentino mengaku bahwa dirinya pernah berada di titik jenuh dan kesulitan membagi fokus antara perkuliahan dan latihan, namun ia selalu mengingat alasannya memulai, yang artinya lingkungan yang mendukung dapat mengurangi banyaknya tuntutan dan tekanan.

Untuk menjaga motivasinya, ia mengggunakan sistem milestone (tujuan terdekat yang harus dicapai). Menurutnya dengan menetapkan hal tersebut, muncul adanya keterpaksaan dalam diri sehingga ia termotivasi untuk terus mengejar ketertinggalannya, dengan begitu motivasinya mudah untuk terjaga.

Pendekatan ini sesuai, karena dengan setting tujuan jangka pendek dapat mengurangi prokrastinasi dan membantu student-athletes mempertahankan performa ganda, dengan mencapai prestasi akademik dan non akademik secara bersamaan.

Valentino berprestasi di olahraga karate (sumber: dokumentasi pertandingan)

Valentino juga membagikan strategi khususnya agar prestasi akademik tidak tertinggal meski akhir kegiatan di luar kampus seperti latihan ataupun organisasi. “Time management yang baik, itu kuncinya menurut saya. Ketika seseorang sudah berkomitmen untuk melakukan lebih dari yang seharusnya, dua atau tiga hal lebih banyak dibanding orang lain, orang tersebut diwajibkan untuk bertanggung jawab atas keputusannya. Menurut saya, selama perkuliahan tetap menjadi prioritas saya dalam mengerjakan segala sesuatu, lainnya bisa disesuaikan dengan skala prioritas yang baik. Andai kata, saya kuliah dari jam 7 pagi sampai jam 4 sore, maka saya akan mulai latihan di jam 6 atau 7 malam. Ketika saya tidak ada kelas, maka saya akan fokus mengejar latihan yang tertinggal juga perihal tugas atau kewajiban yang lain. Semuanya bisa diselesaikan asal tidak menumpuk semua tugas menjadi satu, kerjakan satu per satu, tidak perlu terburu-buru karena setiap proses punya waktunya masing-masing. Semua yang baik adalah semua yang diselesaikan dengan baik dan benar,” jelasnya.

Perjalanan Valentino mencapai titik ini tidak diperoleh secara instan, melainkan ada perjuangan di dalamnya. Tangis, tawa, keringat, tenaga, dan waktu, setiap proses ada pengorbanan yang tidak akan dilupakan. Meski begitu Valentino menggambarkan perjalanannya dengan satu kata yaitu BAHAGIA. Menurutnya kata ini cocok untuk menggambarkan perjuangannya.

Ia menyampaikan bahwa, “Mungkin memang perjalanan hidup saya memang tidak selamanya indah. Perjalanan itu penuh dengan lika-liku, penuh dengan batuan dan kerikil yang menjadikan langkah tersendat, dan kadang langkah perjalanan selalu dipenuhi dengan tangisan. Namun justru ketika kita melihat dari perspektif yang lain, justru itu semua adalah proses. Saya sangat senang melewati itu semua. Karena ibarat sebuah pedang, semakin diasah, akan semakin tajam. Artinya, semakin hidup kita diasah dengan perjalanan yang tidak sempurna, maka pengembangan diri akan tercapai.”

Valentino saat pertandingan (Sumber: dokumentasi pertandingan)

Ia mengartikan bahwa mahasiswa berprestasi bukanlah ketika seseorang mahasiswa berdiri di atas podium, tetapi ketika seorang mahasiswa berhasil menikmati dan menghargai proses untuk mencapai sebuah keberhasilan apapun yang ada dalam hidupnya saat itu. Baik itu nilai yang bagus, finansial yang semakin baik, atau bahkan menjadi juara disebuah pertandingan.

Mahasiswa berprestasi bukan sekadar angka atau nilai yang tertera di atas selembar kertas, justru lebih dari itu. Mereka yang mengerahkan seluruh waktu, tenaga, pikiran, dan semuanya untuk menggapai suatu hal yang disebut pembenaan diri, itulah mahasiswa berprestasi menurutnya. Bukan sekadar mengejar angka tetapi juga aktualisasi diri, menjadi lebih baik untuk dirinya sendiri dan juga orang sekitarnya.

Valentino menyampaikan sebuah pesan yang sangat berarti bagi para mahasiswa, “Pesan saya untuk mahasiswa yang sedang sulit untuk menyeimbangkan akademik dan non akademik yaitu, memang untuk menyeimbangkan hal yang berat itu memang tidak mudah, ada rasa lelah, stres, dan perasaan ingin menyerah pasti akan selalu menyertai. Akan tetapi, tetap fokus pada tujuan hidup teman-teman, tetapkan jalan skala prioritas dan time management yang baik, serta yang tidak kalah pentinganya, selalu percaya bahwa pertolongan Tuhan akan selalu menyertai langkah hidup teman-teman sekalian. Dengan kita membawa pernyertaan Tuhan dalam hidup kita, seberat apapun masalah yang dihadapi dalam sulitnya menyeimbangkan kegiatan teman-teman, maka semua itu pasti akan terlewati walaupun bukan dengan proses yang mudah. Semangat semuanya semoga kita bisa menjadi mahasiswa berprestasi dalam versi diri kita masing-masing” ucapnya penuh haru.

Valentino Agung Setiawan membuktikan bahwa prestasi akademik dan nonakademik dapat berjalan seirama ketika dijalani dengan konsistensi, manajemen waktu yang baik, dan komitmen pada prioritas. Keberhasilannya meraih medali sekaligus menjaga nilai kuliah yang tinggi menunjukkan bahwa prestasi sejati tidak hanya diukur dari angka atau podium, tetapi dari proses, karakter, dan ketekunan. Kisah Valentino menjadi inspirasi bahwa keseimbangan dua dunia dapat dicapai siapa pun yang berani berproses dan tidak mudah menyerah.

Editor: Najwa Rahmadani

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *