
Banyumas – Wayang kulit masih menjadi kebanggaan masyarakat Jawa Tengah. Pertunjukan seni tradisional ini tidak hanya menampilkan kisah heroik dari epos Mahabharata dan Ramayana, tetapi juga sarat dengan nilai moral dan filosofi kehidupan.
Di berbagai daerah seperti Surakarta, Klaten, dan Semarang, para dalang muda terus berlatih dan menampilkan wayang dalam berbagai acara budaya, hajatan, hingga festival nasional. Pertunjukan biasanya digelar pada malam hari, diiringi gamelan dan tembang Jawa yang menghadirkan suasana sakral dan penuh makna.
Kegiatan pelestarian dilakukan melalui sanggar seni, lomba dalang muda, dan pertunjukan digital yang mulai banyak diminati generasi muda. Para seniman berupaya mempertahankan pakem tradisional sambil menyesuaikan dengan perkembangan zaman agar wayang tetap hidup di tengah arus modernisasi.
Wayang kulit bukan sekadar hiburan, melainkan media pembelajaran tentang kebijaksanaan, kejujuran, dan tanggung jawab. Nilai-nilai luhur yang disampaikan lewat setiap lakon menjadi pengingat akan pentingnya menjaga etika dan kearifan lokal.
Kehadiran wayang kulit menunjukkan bahwa budaya Jawa memiliki kekuatan besar dalam mempersatukan masyarakat. Di balik gemuruh gamelan dan bayangan kelir, tersimpan pesan bahwa memahami dan melestarikan budaya sendiri adalah wujud kecintaan terhadap bangsa dan identitas yang tak ternilai.
Editor: Lestiani Reza Anjarfari
