Wayang sebagai Media Pendidikan Moral dan Nilai Budaya

Purwokerto – Di tengah gempuran hiburan modern di era globalisasi seperti sekarang ini, Wayang Kulit tetap menjadi panggung yang efektif untuk menanamkan nilai-nilai moral dan budaya pada generasi penerus. Bagi para orang tua di Jawa Tengah yang tumbuh dengan kesenian tradisi ini, wayang bukan sekadar tontonan, melainkan ruang kelas kehidupan yang penuh dengan ajaran luhur.

Dalam tradisi pewayangan tersimpan nilai estetis, falsafah, serta ajaran yang mencerminkan pandangan hidup masyarakat Jawa. Wayang juga memuat sifat dasar budaya Jawa, seperti religius, toleran, akomodatif, dan optimistik. Nilai-nilai ini menjadi bagian dari warisan Nusantara yang tak terpisah dari jati diri bangsa Indonesia.

Wayang berperan menjaga kearifan lokal, terutama dalam mengenalkan budaya Jawa kepada anak-anak. Andri (40), seorang wiraswasta yang gemar menonton wayang, menilai bahwa wayang membantu anak tetap mengenal akar budayanya di tengah pengaruh global. Nilai-nilai ketimuran yang disampaikan melalui cerita dan tokoh menjadi pedoman moral yang kuat.

Menurut Andri, wayang menyampaikan pesan moral secara jelas. “Sejak muda, saya melihat wayang sebagai guru. Nilai kejujuran, rendah hati, dan tanggung jawab tersampaikan dengan baik,” ujarnya.

Baginya, wayang dapat dipahami oleh berbagai usia. Anak-anak tertarik pada bentuk dan cerita, remaja mulai memahami konflik tokoh, sementara orang dewasa dapat menangkap pesan filosofisnya.

Andri menilai keberlanjutan wayang sebagai media pendidikan bergantung pada cara mengenalkannya kepada generasi muda. Penggunaan bahasa yang lebih segar, cerita yang relevan, dan media digital dinilai mampu membuat wayang tetap diminati.

Sebagai penutup, Andri menegaskan, “Wayang bukan sekadar boneka dari kulit, melainkan cerminan kehidupan itu sendiri. Di dalamnya terkandung pelajaran tentang baik dan buruk, benar dan salah, serta bagaimana seharusnya manusia bertindak. Inilah yang membuat wayang tetap relevan sebagai media pendidikan moral dari masa ke masa.”

Wayang terus bertahan sebagai warisan budaya yang hidup, mampu beradaptasi dengan zaman tanpa kehilangan jati dirinya, sekaligus menjadi jembatan yang menghubungkan nilai-nilai luhur masa lalu dengan kebutuhan pendidikan karakter di masa kini.

Editor: Rahsya Ayu Arsinta

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *