Yonas Suharyono, Guru yang Mengabdikan Diri Lewat Karya Sastra

Cilacap — Kecintaan pada membaca sejak duduk di bangku Sekolah Pendidikan Guru (SPG) Bopkri Ponjong menjadi titik awal perjalanan kepenulisan Yonas Suharyono, pendidik sekaligus penulis yang telah berkarya sejak akhir tahun 1970-an. Dalam wawancara yang dilakukan pada Senin (3/11), Yonas menceritakan bahwa dorongan utama yang membuatnya mulai menulis adalah pengaruh guru yang juga berprofesi sebagai jurnalis di harian Kedaulatan Rakyat.


“Kesukaan membaca dan tugas dari guru yang seorang jurnalis membuat saya mulai menulis pada 1977–1979,” ungkap Yonas. Meski telah berkarya puluhan tahun, ia menegaskan bahwa menulis bukan profesinya. “Menulis bukan sarana mencari nafkah. Profesi saya tetap guru, tetapi menulis menjadi bagian dari perjalanan saya,” lanjutnya.


Sebagai seorang pendidik, Yonas berharap karya-karyanya dapat dinikmati oleh murid-muridnya serta rekan sesama guru. Baginya, sastra adalah medium komunikasi sekaligus ruang untuk membangun rasa, karakter, dan budi pekerti. “Sastra memperhalus rasa dan membentuk karakter. Itu sebabnya sastra tetap penting diajarkan di era sekarang,” jelasnya.


Selama berkarier, karya Yonas telah terbit di berbagai media cetak dan daring. Di antaranya adalah SKH Kedaulatan Rakyat Yogyakarta, Suara Merdeka Semarang, Majalah Krida Semarang, Majalah Trubus Jakarta, Majalah Semangat Yogyakarta, serta beberapa kalawarti seperti Mekarsari, Djaka Lodang, dan Panjebar Semangat. Selain itu, sejumlah tulisannya juga dimuat dalam jurnal Universitas Terbuka dan beberapa majalah online di Jakarta.


Yonas menjelaskan bahwa proses kreatifnya bermula dari majalah dinding sekolah. Ketika gurunya tertarik membaca tulisannya, ia memberanikan diri mengirimkan karya ke redaksi media. Ia mengaku bahwa ide-idenya berangkat dari pengalaman dan peristiwa sehari-hari. “Tulisan saya sederhana, lahir dari apa yang saya lihat dan saya alami. Saya juga banyak berdiskusi dengan sesama penyuka bacaan,” katanya.


Selain itu, tuntutan pengembangan profesi guru juga membuat Yonas semakin aktif menulis. “Ada kebutuhan untuk mendapatkan angka kredit kenaikan pangkat, jadi saya semakin terdorong,” ujarnya.


Dengan perjalanan panjang yang dimulai dari ruang kelas hingga berbagai media nasional, Yonas Suharyono menunjukkan bahwa karya sastra bukan hanya tentang menghasilkan tulisan, tetapi juga tentang memupuk kepekaan dan memperkuat nilai-nilai kemanusiaan.

Editor: Tsania Kasyifa Rizqi

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *