Mahasiswa dan Bisnis Sampingan: Menyeimbangkan Kuliah dan Dunia Usaha

Saofi Amalia, mahasiswa Teknologi Pangan Unsoed angkatan 2022, menjalankan usaha kuliner rumahan bernama “Sukhagigit” di tengah kesibukan akademik. (Sumber: Dokumen pribadi narasumber)

Purwokerto — Di tengah padatnya aktivitas perkuliahan, tugas kampus, dan kegiatan organisasi, banyak mahasiswa kini memilih tetap produktif dengan menjalankan usaha kecil. Bagi sebagian dari mereka, berwirausaha bukan sekadar mencari keuntungan, tetapi juga bentuk kemandirian dan sarana belajar yang nyata. Fenomena ini menunjukkan semangat baru generasi muda yang berani menyeimbangkan dunia akademik dan dunia kerja secara mandiri.

Salah satunya adalah Saofi Amalia, mahasiswa Teknologi Pangan Universitas Jenderal Soedirman angkatan 2022, yang menjalankan bisnis kuliner rumahan bernama Sukhagigit. Usaha ini berfokus pada penjualan camilan ringan seperti risol dan lumpia ubi ungu. Saofi memasarkan produknya melalui Instagram dan status WhatsApp, disertai konten video sederhana untuk menarik perhatian pembeli.
“Awalnya karena waktu kosong, cuma fokus skripsi dan PKL, jadi pengin tetap produktif dan bisa menghasilkan uang sendiri,” jelasnya.

Lumpia ubi ungu dan risol, dua produk andalan dari usaha kuliner Sukhagigit yang dirintis Saofi Amalia. (Sumber: Dokumen pribadi narasumber)

Menjalani peran ganda sebagai mahasiswa dan pelaku usaha tentu bukan hal yang mudah. Saofi mengaku kunci utamanya terletak pada manajemen waktu. Ia terbiasa membuat to do list harian dan mingguan untuk memastikan semua tugasnya berjalan seimbang. Selain berjualan, Saofi juga bekerja sebagai pengajar les privat untuk siswa SMP.

“Kadang capek banget sih, tapi semuanya bisa diatur kalau tahu prioritas. Aku percaya setiap orang punya prosesnya sendiri,” ungkapnya.

Menurut Saofi, tantangan terbesar bukan hanya soal tenaga atau waktu, tetapi juga mental. Ada masa ketika progres akademiknya terasa melambat, namun ia memilih untuk tetap menikmati proses tersebut.


“Aku pernah buka tenant bareng teman di acara kampus, eh malah hujan dan tendanya hampir terbang. Tapi dari situ aku belajar banyak, mulai dari packing, jualan, sampai ngatur keuangan,” ujarnya.

Kisah Saofi mencerminkan semangat mahasiswa masa kini yang adaptif dan kreatif. Berwirausaha di tengah kesibukan kuliah bukan berarti mengorbankan akademik, tetapi justru melatih tanggung jawab, disiplin, dan kemampuan manajemen diri. Dalam dunia yang makin kompetitif, pengalaman seperti ini menjadi bekal penting untuk menghadapi tantangan masa depan.

Perjalanan Saofi membuktikan bahwa menjadi mahasiswa bukan alasan untuk berhenti berkembang. Di tengah padatnya skripsi dan tanggung jawab kuliah, ia mampu menyalurkan semangatnya melalui usaha kecil yang kini mulai dikenal banyak orang. Dengan tekad dan konsistensi, Saofi berharap Sukhagigit serta bisnis yang dikembangkan oleh para mahasiswa lainnya dapat terus berkembang dan membuka peluang kerja sama lebih luas.

“Nikmatin jalan yang lagi dijalanin sekarang, nggak usah lari, kita jalan pelan-pelan aja,” pesannya. Ucapannya sederhana, tapi mencerminkan semangat bahwa setiap langkah kecil, jika dijalani dengan hati, akan berujung pada hasil besar.

Editor: Tsabita Naila Shahwa

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *