Obrolan, Pertengkaran, dan Perpisahan di Tikungan Jalan

(Sumber: Dokumen Pribadi)

Malam itu, panggung kampus terasa seperti tikungan jalan kecil yang kita kenal di kehidupan sehari-hari. Lampu kuning redup, ada lapak wedang kacang di pojok, dan beberapa kursi kayu yang jadi tempat orang-orang singgah sebentar sebelum kembali ke urusannya masing-masing. Di tengah suasana itu, dua sosok pelan-pelan jadi pusat perhatian: Sri dan Djoko.

Sri digambarkan sebagai perempuan yang biasa dipandang sebelah mata. Bibirnya merah, pakaiannya mencolok, cara bicaranya tegas. Dari luar, ia terlihat seperti perempuan yang sudah kebal dengan omongan orang. Tapi lewat obrolannya dengan Djoko, penonton bisa melihat sisi lain: Sri capek dengan hidupnya sekarang dan ingin punya masa depan yang lebih tenang. Ia bercerita soal rencananya bersama Tarjo, lelaki separuh baya yang menurutnya bisa memberi rasa aman, walau mungkin tidak ada cinta di sana.

Di sisi lain ada Djoko, pemuda yang suka menahan semuanya di kepala. Ia datang ke tikungan itu dengan banyak beban, termasuk soal masa lalunya dengan Surati. Di depan Sri, Djoko mencoba santai, tapi tetap kelihatan bahwa dia banyak berpikir. Ia penasaran dengan hidup Sri, ingin tahu ceritanya dari awal, tapi sering ragu sendiri. Ada rasa suka, ada keinginan menolong, tapi di saat yang sama dia takut masuk ke masalah yang lebih rumit.

Hubungan Sri dan Djoko di panggung tidak meledak dengan adegan dramatis berlebihan. Keduanya hanya duduk, mengobrol, saling menggoda, lalu saling membuka sedikit demi sedikit luka masing-masing. Di sekeliling mereka, tokoh lain datang silih berganti: Surya yang mabuk dan putus asa, Narko yang jiwanya terguncang, penjual wedang kacang yang terus berjualan hingga larut. Kehadiran mereka membuat penonton sadar bahwa Sri dan Djoko bukan satu-satunya yang sedang bingung mencari jalan, tapi memang begitulah wajah orang-orang kecil di kota.

Menjelang akhir pementasan, suasana berubah jauh lebih panas. Sri akhirnya benar-benar memilih pergi bersama Tarjo. Keputusan itu memicu pertengkaran di tengah panggung: Sri dan Djoko saling tarik menarik, Tarjo merasa direbut, lalu mengamuk dan menyerang Djoko karena dianggap menghalangi. Di tengah keributan itu, Surati muncul dan menjadi titik balik bagi Djoko. Alih-alih terus mengejar Sri, Djoko justru kembali pada Surati dan mencoba menerima kesempatan kedua yang diberi gadis itu. Panggung ditutup dengan Sri yang tetap melangkah bersama Tarjo, sementara Djoko berdiri di sisi lain bersama Surati. Tikungan jalan mungkin kembali sepi, tapi penonton pulang dengan bayangan dua pasang manusia yang memilih jalan berbeda setelah malam yang sama.

Editor: Rizqia Amali Husna

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *