Bahasa Jawa Membawa Bu Yeni pada Panggilan Sejati

Yeni Kristianingrum, S.Pd., seorang guru Bahasa Jawa SMA Negeri 2 Purwokerto (Foto: Instagram @yenikristianingrum)

Pemalang, 14 Januari 1987 — Yeni Kristianingrum, S.Pd., seorang guru Bahasa Jawa asal Petarukan, meniti jalan karier yang awalnya bukan pilihan pribadinya. Lulusan Universitas Negeri Semarang (UNNES) tahun 2009 ini menemukan panggilan sejatinya sebagai pendidik setelah melewati berbagai tantangan, mulai dari arahan orang tua hingga perjuangan dalam tes CPNS.

Bu Yeni, sapaan akrabnya, lahir dan besar di Petarukan, lalu menetap di Banyumas setelah menikah. Ia menempuh pendidikan sejak SD Negeri 4 Petarukan, SMP Negeri 1 Petarukan, SMA Negeri 1 Comal, hingga akhirnya kuliah di UNNES pada tahun 2005. Pada Agustus 2009, ia menyelesaikan pendidikan sarjana di Jurusan Pendidikan Bahasa Jawa.

Semasa kuliah, Bu Yeni aktif mengikuti Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) karawitan Panem Bromo yang di dalamnya ada semacam sinden dan penembang, serta kegiatan drama. Ia juga sempat bergabung dalam pramuka. Awalnya, ia memilih jurusan Bahasa Jawa bukan karena minat pribadi, melainkan arahan orang tua yang juga berprofesi sebagai guru.

Bu Yeni merupakan anak bungsu dari lima bersaudara. Tiga kakaknya juga menempuh pendidikan di UNNES dan berprofesi sebagai guru, meski dengan bidang yang berbeda. Pada masa SMP dan SMA, Bu Yeni tidak pernah mendapatkan pelajaran Bahasa Jawa sehingga sempat ragu ketika diminta mendaftar jurusan tersebut. Ia sebenarnya ingin mengambil jurusan Matematika, namun gagal masuk melalui jalur prestasi dan tes, sehingga pilihan terakhirnya adalah Bahasa Jawa.

Sebelumnya, Bu Yeni juga diterima di program PGSD UNNES yang saat itu berlokasi di Tegal. Namun, ia memilih jurusan Bahasa Jawa di Semarang dengan alasan ingin mencari pengalaman baru. Meski sempat berniat pindah jurusan pada semester tiga, keinginannya batal karena sudah terlanjur menempuh kuliah hingga semester lima.

Sebelumnya, Bu Yeni juga diterima di program PGSD UNNES yang saat itu berlokasi di Tegal. Namun, ia memilih jurusan Bahasa Jawa di Semarang dengan alasan ingin mencari pengalaman baru. Meski sempat berniat pindah jurusan pada semester tiga, keinginannya diurungkan karena sudah terlanjur menempuh kuliah hingga semester lima.

Setelah lulus pada Agustus 2009, Bu Yeni langsung mengikuti tes CPNS pada September di tahun yang sama. Meskipun kondisi kesehatannya sempat terganggu karena sakit maag, ia tetap bersemangat mempersiapkan diri. Hasilnya, pada Desember 2009, ia dinyatakan lolos seleksi CPNS. “Ya apapun kesulitannya, ingat Allah tidak akan memberikan cobaan lebih dari batas kemampuan hamba-Nya,” ucap Bu Yeni memberi motivasi, Selasa (2/9/2025).

Tahun 2010 menjadi awal perjalanan pengabdiannya sebagai guru. Ia mendapat surat panggilan pada bulan Maret, namun baru memulai mengajar pada Juni di SMA Negeri 1 Randudongkal. Pada masa awal, ia menjadi asisten guru senior dan membantu di perpustakaan sambil menunggu jam mengajarnya sendiri.

Berbeda dengan saat ini yang lebih teratur dalam penjadwalan, pada masa itu guru baru harus menunggu hingga tahun ajaran baru untuk mendapat jam mengajar resmi. “Ayo Mba, daripada belum dapat jam, ikut saya ke kelas,” ujar guru senior yang mendampinginya kala itu.

Kini, setelah 15 tahun mengabdi, Bu Yeni membuktikan bahwa jalan yang awalnya tidak direncanakan justru menjadi pengabdian seumur hidup. Dedikasi dan ketekunannya dalam mengajar Bahasa Jawa lahir dari perjalanan panjang yang penuh keteguhan hati. Lebih dari sekadar profesi, mengajar telah menjadi cara Bu Yeni untuk melestarikan bahasa dan budaya Jawa bagi generasi muda.

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *