Cahyanto Dwi Purnomo (Dokumentasi Pribadi)
PURWOKERTO – Sosok inspiratif kembali muncul dari dunia pendidikan. Cahyanto Dwi Purnomo, atau akrab disapa Atoo, ia kelahiran 2005 mahasiswa Biologi Universitas Brawijaya angkatan 2024, berhasil mengharumkan nama daerah asalnya, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, dengan terpilih sebagai Pelopor Baca Utama 2024 dalam ajang bergengsi Duta Siswa Indonesia.
“Menjadi Duta Siswa Indonesia bukan sekadar gelar, melainkan amanah untuk membawa semangat literasi dan inspirasi bagi generasi muda,” ungkap Atoo.
Sejak duduk di bangku sekolah dasar, Atoo sudah menunjukkan minat dan semangat tinggi dalam berorganisasi. Pengalaman kepemimpinan telah ia jalani sejak menjadi ketua kelas di SD, lalu berlanjut aktif di OSIS dan Pramuka saat SMP, hingga menjadi Ketua OSIS SMA Negeri 1 Dayeuhluhur periode 2022-2023. Namun, usai masa jabatan itu, ia sempat merasakan kekosongan.
“Saya terbiasa dengan kesibukan, sehingga ketika memiliki waktu luang muncul dorongan untuk mencari tantangan baru,” ujarnya.
Dorongan itu membawanya mengikuti seleksi Duta Siswa Indonesia, yang berlangsung selama lima bulan penuh dengan semangat dan komitmen. Berkat tekad dan kerja keras Atoo melewati berbagai tahapan seleksi hingga akhirnya terpilih menjadi Pelopor Baca Utama 2024. Gelar ini tidak hanya menjadi pencapaian pribadi, tetapi juga membawa nama baik sebagai pemuda berprestasi di tingkat nasional.
Selain itu, Atoo juga mencatat berbagai prestasi lain, diantaranya Duta Pelajar Juara Indonesia Provinsi Jawa Tengah (2023), Mas Intelegansi Cilacap (2024), serta penghargaan di bidang literasi, organisasi, dan kepemudaan.
“Motivasi utama saya adalah menemukan jati diri dan keluar dari zona nyaman,” ujarnya. Ia ingin memperluas wawasan, membangun relasi, serta menantang diri untuk melangkah lebih jauh.
Dibalik kesuksesannya, Atoo mengaku bahwa peran orang tua menjadi faktor penting dalam perjalanannya. “Mereka selalu mendampingi selama proses seleksi, memberi doa, semangat, dan keyakinan penuh,” katanya.
Meski penuh dukungan, jalan menuju Duta Siswa Indonesia tidak selalu mudah, “Tantangan terbesar adalah saat harus berjuang mandiri, dari menyiapkan berkas, persiapan wawancara, sampai karya semuanya saya lakukan sendiri,” ujarnya.
Setelah terpilih menjadi duta, tantangan lain muncul, “Sebagai mahasiswa baru, saya harus pintar membagi waktu antara kuliah dan tugas sebagai duta,” tambahnya.
Meski penuh tantangan, Atoo menyebut bahwa pengalaman paling berkesan adalah saat melihat teman sebaya termotivasi melalui program-program literasi maupun kegiatan yang dijalankan Duta Siswa Indonesia. “Peran duta bukan hanya simbol, tetapi wadah nyata untuk membawa perubahan positif,” ujarnya.
“Pengalaman ini membentuk mental tangguh, meningkatkan rasa percaya diri, serta mengasah kepemimpinan, dan saya meyakini bahwa langkah kecil dapat membawa dampak besar bila dilakukan dengan konsisten,” tambahnya.
Atoo bercita-cita tetap berkontribusi melalui tulisan, gagasan, serta kegiatan yang berdampak bagi banyak orang. “Saya ingin tetap berdampak bagi generasi muda. Bagi saya pengalaman sebagai Duta Siswa Indonesia adalah pijakan awal, bukan akhir,” ujarnya.
Menurut Atoo, literasi bukan sekadar membaca dan menulis, tetapi juga kemampuan berpikir kritis, memilah informasi, dan mengolahnya menjadi sesuatu yang bermanfaat. “Itu kunci agar kita tetap relevan di era global,” katanya.
Ia berharap budaya literasi di Indonesia semakin meningkat melahirkan generasi yang cerdas, kritis, dan berdaya saing. “Dengan literasi yang kuat, siswa Indonesia akan mampu menghadapi tantangan zaman dan mewujudkan Indonesia Emas 2045,” ungkapnya.
Editor: Rizqi Khoirunnisaa Afriana