Purwokerto, 29 Oktober 2024 – Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia mengadakan kuliah dosen tamu dengan mengangkat tema Apresiasi Sastra dan Pembelajaran Sastra di Sekolah: Sastra Masuk Kurikulum. Kuliah dosen tamu ini, mayoritas diikuti oleh mahasiswa angkatan 2023 dan mahasiswa angkatan 2024 yang diadakan di Aula Gedung Bambang Lelono. Kegiatan ini dihadiri oleh dekan FIB dan dosen prodi pendidikan bahasa Indonesia Unsoed. Selain itu, kegiatan ini juga menghadirkan dua narasumber untuk berbagi wawasan tentang pentingnya sastra dalam kurikulum. Kedua narasumber tersebut adalah bapak Eko Triono, S.Pd.M.Pd. dan bapak Adhy Pramudya,S.Pd.
Dalam kuliah ini, pembicara menyoroti bagaimana apresiasi sastra dapat memperkaya pengalaman belajar siswa. Sastra bukan hanya sebagai bagian dari pembelajaran bahasa, tetapi juga sebagai sarana untuk mengasah empati, pemahaman budaya, dan pemikiran kritis. “Saat ini banyak kasus anak-anak yang terlibat judi online karena sering bermain gadget. Selain itu, muncul juga kurangnya rasa hormat anak pada orang tua dan guru.” Ujar pak Adhy. Pak Adhy juga beropini bahwa beberapa karya sastra lumayan relevn dengan kehidupan kita saat ini. Karya sastra ini diciptakan dengan tujuan untuk menyentuh hati anak-anak agar bisa menangkap fungsi dan nilai yang terkadung dalam karya sastra.
Penyampaian pembelajaran karya sastra sayangnya masih minim diajarkan di sekolah karena materi karya sastra hanya berada di satu bab dan hanya menjadi bagian sub-babnya. Padahal pembelajaran karya sastra ini cukup penting dilakukan untuk memperbaiki karakter dari siswa. Beberapa karya sastra yang dapat digunakan berupa novel Entrok karya Oky Madasari, Ikan Kaleng karya Eko Triono, dan Laut Bercerita. Selain itu, pak Adhy menyebutkan bahwa dalam mengajarka karya sastra, guru perlu menggunakan pendekatan yang sesuai dengan harapan dapat menghidupkan suasana kelas dan meningkatkan minat siswa terhadap karya sastra.
Berbeda dengan pak Adhy yang membahas sastra di sekolah, pak Eko memberikan wawasan yang luas terkait sastra yang ada dibeberapa negara, salah satunya China. Beliau mengatakan bahwa buku sastra di beberapa negara memiliki halaman yang lebih sedikit dibandingkan buku sastra yang ada di Indonesia. Beliau sempat ke beberapa negara untuk mengetahui bagaimana sastra diajarkan di negara tersebut. Ternyata pembelajaran sastra di negara lain tidak sebanyak dan serumit pembelajaran yang ada di sekolah-sekolah yang ada di Indonesia. Jadi, pembelajaran sastra di Indonesia masih perlu diperbaiki lagi. Dengan demikian, acara ini diharapkan memberi inspirasi bagi mahasiswa prodi pendidikan bahasa Indonesia untuk terus mengembangkan metode pembelajaran sastra yang kreatif dan relevan, serta memperjuangkan keberadaan sastra sebagai bagian dari kurikulum yang dapat memperkaya wawasan dan memperbaaiki karakter siswa.