Mengubah Tantangan Menjadi Kesempatan: Cerita di Balik Gap Year

Pendidikan tinggi menjadi hasrat banyak orang. Tuntutan perkembangan zaman serta persyaratan kerja yang seringkali mencantumkan batas minimal tingkat pendidikan, membuat kebanyakan orang beranggapan bahwa pendidikan adalah salah satu kunci sukses kehidupan. Dalam dunia pendidikan, fenomena gap year semakin populer di kalangan pelajar. Termasuk Fikri dan Cinthia, mereka mengambil keputusan yang tidak hanya menantang tetapi juga penuh kesempatan. Fikri, mahasiswa Kedokteran Umum Universitas Jendral Soedirman angkatan 2024, yang memilih gap year selama satu tahun mengungkapkan, pada tahun 2023 dirinya tidak diterima di perguruan tinggi yang diingkan, serta mahalnya biaya jalur mandiri dan perguruan tinggi swasta membuatnya memilih untuk menunda masuk kuliah. Berbeda dengan Fikri, Cinthia memilih untuk gap year selama dua tahun.

Menjalani gap year bukanlah hal yang mudah, perasaan khawatir sering kali menghantui Fikri dan Cinthia. “Saya sering merasa khawatir kejadian tersebut akan terulang kembali di tahun berikutnya.” Tutur Fikri. Selain itu, menjaga konsistensi belajar juga menjadi sebuah tantangan tersendiri bagi Cinthia. ”Diri sendiri adalah tantangan terbesar saya, bagaimana saya harus berkomitmen dan melawan rasa malas itu cukup sulit.” Jelas Cinthia. Namun, tantangan tersebut dapat diatasi dengan cara berpikir positif dan selalu berusaha. “Saya selalu mengusahakan yang terbaik dan menanamkan keyakinan pada kapabilitas yang saya miliki.” Ungkap Cinthia.

Apakah gap year menjadi penghambat cita-cita mereka? Bagi Fikri dan Cinthia gap year bukanlah sebuah kemunduran, tetapi kesempatan untuk mengeksplorasi diri. “Saat jeda satu tahun, saya lebih fokus pada peningkatan personality yang ada pada diri saya mulai dari bekerja, ikut pelatihan, ataupun mentoring.” Jelas Fikri. Begitupun Cinthia yang akhirnya bisa membayar sendiri biaya bimbel masuk perguruan tinggi dengan gaji yang diperolehnya. “Saat ini saya bekerja sebagai pengajar les privat di sebuah lembaga pendidikan, sekaligus belajar untuk persiapan tes masuk perguruan tinggi tahun 2025 nanti, alhamdulillah saya bisa membayar lunas bimbel dengan uang tabungan dari hasil mengajar.” Tutur Cinthia.

Keduanya sepakat bahwa gap year bukanlah sebuah kegagalan atau penghambat cita-cita, melainkan kesempatan untuk berhenti sejenak, mempersiapkan masa depan dengan lebih baik. Cinthia mengatakan bahwa dirinya tidak menyesal. “Banyak sekali kesempatan baik yang saya peroleh selama gap year, saya sangat amat bersyukur dan tidak menyesal dengan keputusan yang saya buat saat itu.” Jelasnya. Selain Cinthia, Fikri juga merasa gap year banyak membawa keberuntungan bagi dirinya. ”Alhamdulillah saya mendapatkan beasiswa persiapan masuk dari Bisaproject, dari yang awalnya bingung ingin persiapan dari mana, setelah menerima beasiswa ini, saya bisa mendapatkan materi-materi penunjang dari platform yang disediakan untuk persiapan masuk ke perguruan tinggi.” Tutur Fikri.

Gap year bagi Fikri dan Cinthia merupakan waktu untuk refleksi diri. Mereka berpesan bahwa gap year bukanlah akhir dari sebuah perjalanan melainkan sebuah jalan alternatif menuju kesuksesan. Bagi yang sedang mempertimbangkan untuk memilih gap year, penting untuk merencanakan dengan baik agar waktu yang ada tidak terbuang sia-sia. Tetap fokus pada tujuan yang ingin dicapai, manfaatkan waktu yang ada untuk upgrade diri, teruslah tumbuh dan berkembang, dan perkuat pondasi sebelum melangkah menuju masa depan yang dicita-citakan.

Ubahlah tantangan menjadi sebuah kesempatan!

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *