Sumber : www.fimela.com
“Memang menyakitkan, segimana besarnya masalah kita, orang lain akan tetap berjalan maju. Tidak ada yang memahami. Walaupun ketika kita cerita mereka pasti akan bilang ‘Gue tau apa rasanya’. Tapi mereka tidak bener-bener tahu. Karena mereka tidak dalem posisi kita. Tidak”.
Raditya Dika
Dika Angkasaputra Moerwani adalah seorang seniman, penulis dan juga sutradara tanah air yang sukses merintis kariernya di dunia hiburan. Pria yang sering dikenal dengan sapaan Raditya Dika ini lahir di Jakarta, 28 Desember 1984. Ia telah menempuh pendidikan di SMU 70 Bulungan, lalu melanjutkan studinya ke University of Adelaide, Australia. Kariernya bermula saat ia menulis sebuah karya fiksi berbentuk novel Jenaka, yang membuat dirinya terkenal sampai saat ini. Novel yang berjudul Kambing Jantan: Sebuah Catatan Harian Pelajar Bodoh, menjadi popular serta banyak diminati banyak pembaca karena isi ceritanya yang relevan dengan kehidupan anak muda pada masanya. Novel ini ditulis saat Raditya Dika menginjak usia 21 tahun, yang menceritakan tentang perjalanan Raditya Dika sendiri saat menempuh pendidikannya di Australia.
Setahun setelah berhasil menarik perhatian warga Indonesia dengan karya pertamanya, Raditya Dika mulai meluncurkan novel kedua yang bertajuk “Cinta Brontosaurus”. Kemudian diikuti novel-novel lain yang juga mendapatkan sambutan hangat dari para penggemar. Pada tahun 2007, ia merilis “Radikus Makankakus: Bukan Binatang Biasa”, tahun 2008 ia menerbitkan “Babi Ngesot: Datang Tak Diundang Pulang Tak Berkutang”, tahun 2010 momen peluncuran novel “Marmut Merah Jambu”, pada tahun 2011, ia menerbitkan “Manusia Setengah Salmon” dan Koala Kumal pada tahun 2015. Rangkaian karya ini menjadikan Raditya Dika sebagai salah satu penulis yang paling berpengaruh di Indonesia.
Tak disangka, karya novel Raditya Dika ternyata menarik perhatian para produser untuk dijadikannya sebuah film layar lebar. Film pertamanya diangkat dari novel “Kambing Jantan” tahun 2009 yang menjadi langkah awal Raditya Dika miulai berkarier dalam dunia perfilman. Di film ini, selain menjadi pemeran utama ia juga dipercaya untuk menulis langsung alur ceritanya sendiri. Dari sini memperlihatkan sisi kreatif Raditya Dika yang tidak hanya mampu bercerita melalui tulisan tetapi juga melalui medium visual. Sebagai seorang penggemar pancake durian, ia semakin dikenal publik karena kepribadiannya yang unik dan menghibur. Film ini menjadi langkah besar yang membuka pintu bagi Raditya untuk terus berkembang di industri hiburan.
Tak hanya Sebagai seniman, penulis, dan sutradara. Raditya Dika juga berhasil menjelajahi dunia stand up comedy, ia dipilih langsung menjadi juri dalam Stand Up Comedy Indonesia di Kompas TV dan Stand Up Comedy Academy di Indosiar, perannya sebagai juri memperkuat posisinya sebagai figur penting di dunia hiburan. Tidak hanya itu, Raditya Dika juga menciptakan sitkom yang bertajuk “Malam Minggu Miko”, yang diperankan dan disutradai sendiri olehnya. Raditya Dika tidak hanya menciptakan cerita, tetapi juga membentuk budaya baru di Indonesia melalui humor yang cerdas, karya yang jujur, dan pesan-pesan yang relevan bagi generasi muda.