Kerja Keras Tak Mengkhianati Hasil: Perjalanan Prof. Totok dalam Menciptakan Varietas Padi Unggul Nasional

(Sumber: dokumen pribadi narasumber)

Purwokerto Prof. Ir. Totok Agung Dwi Haryanto, M.P., Ph.D. merupakan guru besar di Universitas Jenderal Soedirman. Menempuh pendidikan program sarjana (S1) di Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman, program magister (S2) di Universitas Padjajaran Fakultas Pertanian, dan melanjutkan pendidikan program doktor (S3) bidang Pemuliaan Tanaman di Kyushu University Fukuoka Jepang.

Motivasi Prof. Totok untuk menekuni bidang pertanian khususnya pemuliaan tanaman, adalah ketertarikannya untuk memperbaiki sifat tanaman dan menghasilkan tanaman yang baru dengan sifat yang lebih baik, sehingga bermanfaat bagi petani dan masyarakat.

“Pada prinsipnya produksi tanaman yang paling penting adalah dari sisi genetik tanaman. Kalau genetik bagus maka bisa diharapkan produksinya bagus. Kalau genetiknya tidak bagus tetapi mendapat perlakuan seprti pupuk, obat, dan sebagainya sulit untuk mendapat hasil yang diinginkan. Maka pemuliaan tanaman hadir untuk memperbaiki sifat tanaman dari sisi genetik,” ungkapnya.

Prof. Totok telah banyak mengangkat tema penelitian tentang tanaman padi, terutama membuat beragam varietas padi nasional yang mendukung ketahanan pangan di Indonesia. Salah satu hasil penelitiannya adalah padi Inpago Unsoed Protani. Padi Inpago Unsoed Protani adalah varietas padi protein tinggi nomor 4 di Fakultas Pertanian Unsoed.

Nama Inpago mengacu pada padi gogo, yakni padi yang ditanam di lahan kering dan hanya mengandalkan air hujan, sementara Protani berarti “protein untuk petani” atau “pro terhadap petani.”

Tahapan atau proses pemuliaan tanaman yang pertama yaitu dengan menentukan tujuan. “Contohnya ingin memperbaiki sifat padi, keinginan saya dan yang saya bayangkan adalah membuat padi yang tinggi protein, karena makanan pokok orang Indonesia serta terkadang tidak semua orang memperoleh protein dari susu, daging, telur, kacang-kacangan karena ekonominya terbatas,” ungkapnya. Selanjutya adalah mencari calon tetua, menggabungkan sifat, dan yang terakhir seleksi.

Varietas padi Inpago Unsoed Protani ini dinilai mampu mendukung ketahanan pangan karena daya hasilnya tinggi. Potensi hasilnya juga bisa mencapai 90 lebih, ton per hektar dan membantu pencegahan stunting melalui kandungan protein yang tinggi dari varietas ini. Karena, kandungan protein pada padi hanya 7% sedangkan padi Inpago sebesar 9,5-10%. Meskipun kenaikannya terlihat kecil, jika dikalikan dengan jumlah produksi padi yang mencapai puluhan juta ton, maka peningkatan protein yang terkandung menjadi signifikan. Padi ini disahkan oleh Menteri pertanian melalui Surat Keputusan (SK) tahun 2020. Dalam penelitian ini yang ikut terlibat adalah Dr. Dyah Susanti,SP.,MP., Dr. Agus Riyanto,SP., MSi., dan mahasiswa.

Sebagai dosen, Prof. Totok mengajak mahasiswa untuk ikut serta pekerjaan riset dari generasi ke generasi, dengan melibatkan 4 sampai 5 mahasiswa setiap tahunnya, bahkan hingga tahun ini ada 10 mahasiswa yang ikut. Mereka dibekali fasilitas pendukung seperti transportasi dan alat tulis agar dapat berkontribusi maksimal.

Dalam penelitiannya tentu banyak tantangan besar yang dihadapi. Untuk menghasilkan satu varietas unggul, memerlukan waktu yang cukup panjang yaitu 10 tahun, dan sebagian besar peneliti kurang tekun dan ulet untuk menghasilkan varietas karena waktunya lama. Selain itu, penelitian ini juga membutuhkan pendanaan yang besar.

“Seperti mencari sponsor, kalau sumber dana terputus maka resikonya menggunakan dana pribadi. Apalagi berhubungan dengan makhluk hidup yaitu tanaman, kalau dana terputus maka tanaman bisa mati. Tapi alhamdulillah sudah saya hadapi, sehingga sudah dapat menghasilkan beberapa varietas unggul padi,” Ungkap Prof. Totok.

Bagi Prof. Totok pengalaman yang paling berharga adalah penelitiannya diakui pemerintah, kemudian dilepas sebagai varietas unggul nasional melalui SK Menteri Pertanian. Ia menegaskan “dalam kegiatan pemuliaan tanaman tidak ada kata pekerjaan selesai. Selesai satu lalu membuat lagi varietas berikutnya.”

Prinsip hidup yang selalu ia pegang sejak SMA adalah “setiap orang menginginkan berhasil, apapun dilakukan orang untuk mencapai hasil, padahal ada yang lebih mulia dari hasil, yaitu kerja keras untuk mencapainya.” Baginya, kerja keras tidak akan mengkhianati hasil.

Prof. Totok berharap akan ada generasi yang meneruskan bidang pemuliaan tanaman, agar terus tercipta varietas baru yang unggul, dengan didasarkan pada kebutuhan petani serta permasalahan petani di Indonesia.

Editor: Maulina Azizah

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *