Egha De Latoya, atau yang akrab dipanggil Oya, telah memikat hati pendengar melalui karya musiknya yang sarat emosi dan penuh misteri. Salah satu karya terbesarnya rilis pada tahun 2020 yang berjudul Malala, adalah bukti nyata keistimewaannya sebagai seniman yang mampu mengolah pengalaman hidup, perasaan mendalam, hingga unsur mistis menjadi karya seni yang menggetarkan jiwa. Lagu Malala lahir dari kisah tragis yang mendalam, terinspirasi oleh kehilangan seorang gadis muda yang tenggelam. Melalui lirik “Malalaku, kau di mana, merengkuh tubuhku di ruang bisu,” Egha membawa pendengar memasuki ruang hampa yang penuh kerinduan. Lagu ini menjadi metafora universal tentang kehilangan, penantian, dan harapan untuk kembali merasakan kehadiran yang hilang.
Egha menggambarkan Malala sebagai lebih dari sekadar lagu; ia adalah medium komunikasi antara dunia nyata dan dunia gaib. Dalam proses kreatifnya, Egha mengaku merasakan kehadiran energi lain yang memandu dirinya dalam menulis lirik, menciptakan pengalaman mendengarkan yang mistis sekaligus emosional. Hal ini diceritakan dalam episode ke-57 podcast RUMORE, ia berbagi bahwa sering kali proses menulisnya terjadi secara spontan, seolah-olah ia menjadi media bagi entitas lain untuk menyampaikan pesan. Ia menyebut pengalaman ini sebagai bentuk kejujuran kreatif dengan membiarkan dirinya terhubung dengan dunia yang tak kasatmata.
Hal yang membuat Egha berbeda adalah keberaniannya untuk mengeksplorasi sisi gelap kehidupan dan menjadikannya seni yang indah. Ia menggabungkan elemen mistis dengan narasi personal, menciptakan karya yang autentik dan menggugah. Selain itu, ia memandang seni sebagai medium untuk menyampaikan pesan universal tentang kehidupan, kematian, dan makna di antaranya. Seperti pesan yang ia sebutkan, “Kehilangan mengajarkan kita bahwa bahkan dalam kehampaan, ada cerita yang harus didengar. Seni adalah jembatan untuk mendengar yang tak terucap” tentunya menjadikan Malala bukan sekadar lagu, melainkan pengalaman spiritual yang mendalam yang mampu membawa pendengar merenung tentang kehidupan, kehilangan, dan kerinduan.
Egha De Latoya: Malala dan Harmoni Antara Kehidupan, Kesedihan, dan Mistis
