Pamflet pementasan drama “Matahari di Sebuah Jalan Kecil” (Sumber: Instagram @pbiak2023)
Purwokerto — Rabu malam, 10 Desember 2025, Aula Bambang Lelono FIB Unsoed tampak lebih semarak dari biasanya. Sejak open gate pukul 18.00 WIB, penonton berdatangan, memenuhi aula yang malam itu disulap menyerupai sebuah jalan kecil di depan pabrik tahu Grendeng. Sebuah warung pecel sederhana berdiri ditengah panggung dan menjadi pusat cerita dalam drama “Matahari di Sebuah Jalan Kecil” karya Arifin C. Noor dan disutradarai oleh Amelia Khairunnisa dan asisten sutradara Aisya Musyafa Najib.
Begitu lampu panggung menyala, suasana jalan kecil itu seketika hidup. Para pekerja pabrik yaitu Toro yang diperankan oleh Arityas Eko Frandika, Yanti yang diperankan oleh Chanifah Rahmayanti, dan Timi yang diperankan oleh Azima Ahda Sabila yang hadir dengan karakter khas masing-masing menampilkan gambaran rutinitas mereka saat makan di warung Simbok yang penuh gurauan dan keluh kesah mereka sebagai pekerja. Kehadiran Budhe yang diperankan oleh Amelia Miftahul Jannah serta Darmi yang diperankan oleh Alfiana Rizqi Shafira semakin menghidupkan suasana. Reaksi spontan, celetukan ringan, serta gestur, sederhana menghadirkan potret kehidupan sehari-hari yang dekat dengan penonton.

Konflik bermula ketika hadir seorang pemuda kurus bernama Lukman, diperankan oleh Asri Griselda Trinanda. Dengan gerak yang ragu-ragu dan tatapan lapar, ia menyantap pecel Simbok tanpa banyak bicara. Namun setelah makan, ia baru sadar bahwa dompetnya hilang. Kepanikan yang ia tunjukkan sontak memancing kecurigaan para pekerja. Mereka mengintrogasi Lukman, menuduhnya menipu, bahkan memaksanya melepas baju sebagai jaminan.

Di tengah keributan itu, muncul tokoh Mbakyu yang diperankan Aulia digambarkan seperti seorang ibu-ibu sosialita yang penuh gaya namun berhati dermawan. Ia menawarkan membayar makanan Lukman, seakan menjadi penyelamat sesaat dalam suasana yang tegang. Tetapi meski makanan sudah dibayar, prasangka para pekerja tidak surut. Mereka tetap meragukan Lukman dan terus memojokkannya. Beberapa saat setelah Mbakyu pergi, datang Sopir bernama Karman yang diperankan Alda Maulida Abdilah yang tengah bekerja. Dengan nada tegas namun peduli, ia menasihati Lukman agar lebih berhati-hati dalam hidup, sebab ia dulunya juga merupakan seorang mantan pencuri.


Sayangnya, semua itu belum mampu meredam tekanan. Lukman tetap dipaksa menyerahkan bajunya. Sorot lampu panggung menguatkan rasa malu dan keputusasaan yang ia alami, menjadikan adegan ini sebagai puncak ketegangan.
Di saat itulah hadir sosok yang menjadi cahaya cerita: Simbok penjual pecel yang diperankan oleh Amelia Nafitasari. Dengan empati seorang ibu dan suara yang lembut namun tegas, Simbok mulai mempertanyakan apakah benar Lukman berniat menipu. Setelah mendengar kisah hidup yang ia ceritakan dengan jujur, Simbok membantu mengembalikan bajunya dan memilih percaya padanya. Keputusan itu menjadi titik paling emosional dalam pementasan, menghadirkan keheningan penonton yang larut dalam kepedihan dan keikhlasan manusia.

Namun drama ini tidak berakhir manis begitu saja. Tejo, penjaga malam yang diperankan Af’aliah Rahman Syarifah, datang membawa kabar bahwa pemuda dengan ciri serupa memang pernah menipu di tempat lain. Cerita berakhir dengan kejar-kejaran dengan seorang pencuri yang ternyata adalah Lukman, pemuda yang dibantu Simbok tadi.

Tepuk tangan panjang diberikan ketika lampu panggung kembali menyala, menandai berakhirnya pementasan yang penuh pesan moral tentang kemiskinan, prasangka, dan kerumitan menilai seseorang dari tampilan luar semata.
Setelah keluar dari aula, penonton disambut oleh pameran fotografi karya mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia angkatan 2023. Deretan foto yang menampilkan potret kehidupan, detail kecil keseharian, dan ekspresi manusia menjadi penutup malam yang indah. Pameran itu seolah menyambung tema drama: bahwa kehidupan selalu kaya akan cerita, baik yang tampak maupun yang tersembunyi di balik wajah-wajah orang yang kita temui.

Drama “Matahari di Sebuah Jalan Kecil” menjadi pembuka rangkaian pementasan tiga hari di FIB Unsoed. Pada 11 Desember, drama berjudul “Orang-orang di Tikungan Jalan” akan dipentaskan, dan disusul pada 12 Desember dengan drama “Bayang di Balik Singgasana.” Rangkaian ini menjadi ajang bagi mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia untuk menunjukkan kreativitas serta kemampuan mereka dalam seni peran dan penyutradaraan.
Editor: Kuat Aldiyanto
