Mengupas Dunia Penerbitan: Bagaimana Sebuah Naskah dipandang sebagai Potensi Pasar

(Sumber: dokumentasi pribadi)

Purwokerto, 8 Oktober 2025 — Buku merupakan manifestasi atau bentuk nyata dari pikiran seorang penulis. Ibarat jembatan, buku adalah perantara yang memungkinkan imajinasi dan realitas dirasakan secara bersama oleh pembaca.

Ada berbagai alasan mengapa seseorang memilih untuk menulis. Berawal dari hobi, kemudian merasa nyaman dan ingin berbagi pengalaman, atau bahkan karena ingin menyampaikan kritik dan perlawanan. Ketika naskahnya berhasil mencapai tahap penerbitan, tidak sedikit dari mereka menaruh harapan besar akan meledaknya karya mereka di pasaran.

“Kini, platform menulis online kian menjamur sehingga pembaca bebas menikmati karya tulis tanpa harus membeli buku, namun masih banyak penerbit indie atau mayor yang tetap bertahan karena feel membaca adalah memegang buku secara fisik. Sedangkan dari segi royalti dan eksistensi, menerbitkan karya menjadi buku cetak adalah sebuah kebanggaan bagi penulis itu sendiri,” ungkap Mahar Effendy, Manajer Teori Kata Publishing.

“Yang disayangkan saat ini, banyak penulis yang memberikan naskah ‘bagus’, tapi tak lama kemudian terindikasi bahwa naskah tersebut mengutip banyak atau sebagian dari naskah penulis lain,” jelas Mahar. Padahal, orisinalitas adalah integritas penulis.

Banyak faktor yang membuat sebuah naskah layak untuk diterbitkan dan dipandang sebagai potensi pasar. Poin utamanya yaitu pada bab 1 sampai 3, alur cerita yang jelas saja belum cukup, tapi juga harus membuat orang yang membacanya penasaran.

Penerbit tidak hanya melihat isi naskah yang temanya utuh dengan gaya bahasa yang konsisten, melainkan juga dari bagaimana cara penulis mengeksekusi ceritanya secara teknis, mulai dari pergantian dialog yang teratur, intensitas konflik, hingga plot twist yang mengagumkan. Penerbit akan meninjau apakah naskah itu relevan dengan tren yang saat ini tengah menjadi kiblat pembaca atau justru mendatangkan corak baru di tengah pasar yang meruak. Sementara dari segi jumlah kata, satu novel idealnya mencakup 25.000–30.000 jumlah kata.

“Selain itu, ada tiga aspek yang dilihat penerbit dari seorang penulis. Pertama, keaktifan akun sosial medianya. Kedua, bagaimana cara penulis mempromosikan ceritanya. Ketiga, bagaimana cara penulis berinteraksi dengan audience atau pembacanya,” pungkas Mahar, menjelaskan bahwa keterlibatan penulis dianggap mampu memberikan dampak signifikan terhadap penjualan.

Editor: Fariska Putri Rahayu

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *