Novel berjudul Kota Para Pecundang adalah sebuah antologi yang ditulis oleh tiga penulis populer dan berbakat, yaitu Erisca Febriani, Ita Krn dan Noveni Adelia. Cetakan pertama diterbitkan oleh Penerbit Akad pada bulan Maret 2024. Novel ini mengambil sudut pandang orang ketiga serba tahu, mengungkap sisi rapuh manusia dalam sajian tiga kisah inspiratif. Kota Para Pecundang mengangkat tema trauma, penyesalan, dan ketakutan yang membuat seseorang menjadi pecundang.
Jumlah halaman sebanyak 320 halaman dengan tiga subjudul yang menjadi ciri khas novel ini. Cerita berawal dari kisah Hagian Gumelar, pemuda yang rela berbohong kepada kekasihnya, Mahajana Gemalika Hartadi yang berujung dengan kesalahpahaman antar keduanya. Hagian adalah sosok pemuda dengan latar belakang kurang mampu, sedangkan Gemalika adalah gadis kaya raya. Keduanya bertemu dalam sebuah event kampus. Setelah beberapa bulan saling mengenal, Hagian menyadari bahwa dirinya jatuh cinta. Begitu pula dengan Gemalika yang awalnya tidak menyukai Hagian, akhirnya menemukan bahwa Hagian adalah sosok yang mampu mengubah hidupnya. Kehidupan Hagian tidak lepas dari penderitaan, ia menemukan kebahagiaan di hidupnya melalui Gemalika.
Namun, ketidakmampuan Hagian dalam mengungkapkan perasaannya karena takut kehilangan sosok Gemalika, membuat ia rela berbohong kepada Gemalika yang saat itu sudah resmi menjadi kekasihnya. Tragisnya, Gemalika berakhir menikah dengan pemuda yang dijodohkan oleh ayahnya. Kisah ini memuat pesan bahwa pentingnya mengungkapkan baik buruknya perasaan sebelum semuanya terlambat. Kisah Hagian dan Gemalika ditulis oleh Noveni Adelia dengan judul Iris.
Judul kedua I’ve Been Away Too Long menceritakan kisah Genta Aditama dan Putri Nayla berlatar tahun 1992 yang ditulis oleh Erisca Febriani. Genta dan Putri saling mencintai sejak mereka bertemu pada masa ospek Universitas. Mulanya, Putri selalu mengirim surat cinta kepada Genta tentang perasaan gadis itu. Namun, Genta telah berjanji kepada Ayah Putri untuk mempersiapkan diri sebaik mungkin agar bisa bersanding dengan Putri. Genta terlalu naïf, sehingga ia tidak mampu mengungkapkan perasaannya kepada Putri. Terlambat, pada akhirnya Genta maupun Putri saling bertemu setelah beberapa tahun lamanya berpisah dengan jalan hidup yang berbeda. Kisah ini mengajarkan untuk tidak takut mengambil risiko agar mencapai kebahagiaan sejati.
Terakhir berjudul Paradigma Lembar Fotokopi yang ditulis oleh Ita Krn. Kisah Marvin Algara, seorang pemuda yang suka mempermainkan hati wanita. Setelah ia dikhianati oleh Bella yang merupakan cinta terakhirnya saat SMA, Marvin bertemu dengan Ranya Lanaswari. Marvin jatuh cinta pada sosok Ranya yang sederhana. Namun, saat Marvin benar-benar jatuh cinta, perasaannya tidak mendapat restu Abah. Kenyataan pahit yang harus diterima Marvin kembali saat Ranya telah dipinang orang lain. Dari kisah ini menunjukkan bahwa setiap tindakan dan perbuatan akan memiliki konsekuensinya sendiri.
Tokoh di dalam novel Kota Para Pecundang ditulis dengan baik sesuai realita kehidupan. Kisah yang diceritakan sangat menyentuh dan memiliki pesan yang mendalam. Selain itu, ketiga tokoh utama berhasil menggambarkan bahwa sejatinya manusia adalah rapuh, takut dan trauma di dalam hidupnya. Setiap tokoh mampu menghadapi konflik batin sehingga membangun karakter yang lebih kuat dan bijak. Menggunakan bahasa yang mudah untuk dipahami, tidak monoton dan bertele-tele.
Namun, dari segi ending cerita sedikit menggantung, sehingga bagi pembaca penasaran kelanjutan dari kisahnya. Jadi, apakah Anda tertarik untuk merasakan trauma dan penyesalan dari para pecundang ini?