Beasiswa Muda Purbalingga: Dedikasi Wisnu untuk Pendidikan Setara di Purbalingga

Glagah Eskacakra Setyowisnu, dosen FMIPA Universitas Jenderal Soedirman (Foto: dokumentasi pribadi)

PURBALINGGA– Beasiswa Muda Purbalingga merupakan program yang memberikan harapan baru bagi siswa kurang mampu di Purbalingga, Jawa Tengah. Glagah Eskacakra Setyowisnu, atau yang akrab dipanggil Wisnu, dosen FMIPA Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), mulai bergabung dalam program ini sejak Januari 2024. Lulusan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) dan Institut Teknologi Bandung (ITB) tersebut mendedikasikan ilmunya untuk mendampingi siswa agar lebih siap, baik secara akademin maupun nonakademik, ketika melanjutkan studi ke perguruan tinggi.

Sejak kuliah di UNY, Wisnu telah menunjukkan dedikasinya terhadap dunia pendidikan. Ia berperan aktif dalam lima kegiatan organisasi, mulai dari Himpunan Mahasiswa Matematika (Himatika), UKM Karate INKAI UNY, hingga Indonesian Future Leaders. Pengalaman ini menjadi fondasi kuat untuk kiprahnya di bidang pendidikan. “Di kuliah itu transisi pertama, transformasi terbesar karena yang awalnya full fisik di sana mulai mengenal organisasi,” jelasnya.

Glagah Eskacakra Setyowisnu, dosen FMIPA Universitas Jenderal Soedirman (Foto: dokumentasi pribadi)

Keprihatinan Wisnu terhadap kesenjangan pendidikan bermula dari pengalamannya di Inspirator MIPA. Di sana ia mendapati fakta mengejutkan bahwa masih ada siswa kelas tiga SMP di kota pelajar Yogyakarta yang belum mampu melakuan operasi hitung sederhana. Realitas ini menguatkan keyakinan bahwa pemerataan akses pendidikan Indonesia masih jauh dari tuntas.

Setelah lulus dari UNY, Wisnu sempat mengajar les privat dengan cara unik: tidak mematok harga dan menganggapnya sebagai bentuk sedekah ilmu. Ia pun produktif berkarya lewat tulisan, terbukti dengan lima buku yang telah ia terbitkan: Beranikan Diri untuk Menulis, Bahagia dengan Berbagi, Keping Romansa, Storymatika, serta Gurat Amerta.

Titik balik kariernya dimulai ketika ia mendapat kesempatan melanjutkan studi S2 di ITB melalui Beasiswa LPDP. Ia menganggap LPDP bukan sekadar lembaga pembiayaan, melainkan komunitas berkualitas yang memperluas wawasan dan jejaring.

Puncaknya, pada Januari 2024 ia bersama tim merancang Beasiswa Muda Purbalingga. Program ini berfokus membantu siswa kurang mampu dengan bimbingan akademik, soft skill, hingga persiapan studi ke perguruan tinggi. Melalui bimbingan intensif, siswa dibantu merencanakan studi, mengatur waktu, dan membangun optimisme.

Hasilnya nyata. Siswa binaannya berhasil diterima di berbagai kampus ternama seperti UGM, Unsoed, Unesa, UPN Yogyakarta, dan UNY. “Alhamdulillah, mereka lolos di beberapa kampus,” ujarnya bangga.

Wisnu selalu berpegang erat pada filosofi hidupnya yang terisnpirasi dari pepatah Jawa “urip iku urup” (hidup itu harus memberi cahaya). Kehidupan yang bermakna adalah ketika seseorang mampu menyalakan semangat orang lain, layaknya lilin yang menyalakan lilin lainnya. Baginya, pendidikan bukan hanya soal angka, tetapi juga tentang karakter, kejujuran, dan integritas. “Kebodohan bisa diatasi dengan belajar, tapi kalau sudah tidak jujur, itu susah,” tegasnya.

Meski tantangan besar menghadang, seperti keterbatasan dana dan relawan, Wisnu tetap optimis. Ia berharap Beasiswa Muda Purbalingga dapat menjadi inspirasi bagi program pendidikan lain di Indonesia. Menurutnya, peningkatan kualitas dan pemerataan akses pendidikan hanya bisa terwujud jika semakin banyak pihak yang peduli dan aktif terlibat.

Kisah ini membuktikan bahwa pendidikan memiliki kekuatan transformatif. Melalui dedikasinya sebagai dosen dan penggerak pendidikan, ia membuktikan bahwa kontribusi nyata untuk memajukan pendidikan dapat dimulai dari hal-hal sederhana, konsisten, dan penuh dedikasi.

Editor: Ela Tristiyani

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *