Rangkaian pertunjukan teater Jagad Rasa 2025 yang diselenggarakan oleh Mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia Angkatan 2023 pada10-12 Desember 2025 di Aula Bambang Lelono, Fakultas Ilmu Budaya (FIB) tidak hanya menampilkan cerita melalui dialog dan akting para pemain, tetapi juga melalui dekorasi panggung. Dekorasi dirancang secara sederhana dan dekat dengan kehidupan sehari-hari, namun memiliki makna yang mendalam untuk mendukung cerita yang dipentaskan.

Dekorasi panggung pementasan drama Matahari di Sebuah Jalan Kecil (Foto: dokumen pribadi)
Pada pertunjukan hari pertama, Matahari di Sebuah Jalan Kecil, dekorasi panggung menggambarkan suasana kampung yang ramai. Latar berupa rumah sederhana dengan dinding bermotif bata merah, pintu kayu, jendela kecil, serta perabot seperti kursi dan meja kayu, menciptakan kesan lingkungan tempat tinggal masyarakat kelas bawah. Dekorasi ini merepresentasikan kehidupan orang-orang kampung yang bekerja di pabrik tahu, dengan aktivitas yang padat dan saling berkelindan. Kehadiran banyak elemen di panggung menggambarkan kampung sebagai ruang sosial yang hidup, dihuni oleh masyarakat dengan beragam status ekonomi, kaya dan miskin yang saling berdampingan. Bata merah yang tersusun apa adanya menandakan kehidupan yang keras dan sederhana, namun tetap kokoh. Dalam konteks ini, “matahari” dimaknai sebagai simbol harapan dan ketahanan hidup, bahwa kehangatan dan kebahagiaan masih dapat tumbuh di tengah keterbatasan ekonomi dan ruang hidup yang sempit.

Dekorasi panggung pementasan drama Orang-Orang di Tikungan Jalan (Foto: dokumen pribadi)
Pertunjukan hari kedua, Orang-Orang di Tikungan Jalan, menghadirkan perubahan latar yang signifikan. Dekorasi panggung menampilkan pinggiran jalan atau tikungan jalan, dengan bangku kayu, peti, serta dinding gelap yang ditempeli poster dan selebaran. Penataan properti dibuat tidak rapi dan cenderung semrawut untuk menegaskan karakter ruang jalanan yang keras dan tidak teratur. Latar ini sejalan dengan alur cerita yang menggambarkan kehidupan orang-orang pinggir jalan dengan berbagai aktivitas liar dan tidak stabil. Tikungan jalan menjadi simbol ruang persinggahan, tempat bertemunya individu-individu dengan latar belakang berbeda yang hidup dalam keterbatasan dan ketidakpastian. Poster-poster yang menempel di dinding merepresentasikan suara-suara liar, tuntutan hidup, dan kekacauan sosial, sementara bangku dan peti menjadi simbol tempat berhenti sejenak sebelum tokoh kembali menghadapi kerasnya jalanan. Dekorasi ini memperkuat tema cerita tentang konflik sosial, pilihan hidup, dan perjuangan bertahan di ruang publik yang terpinggirkan.

Dekorasi panggung pementasan drama Bayang di Balik Singgasana (Foto: dokumen pribadi)
Sementara itu, pertunjukan hari ketiga, Bayang di Balik Singgasana, menampilkan dekorasi panggung dengan nuansa berbeda. Panggung menghadirkan latar khas Bali, yang tampak melalui ornamen arsitektural, ukiran, serta atmosfer ruang yang sakral dan sunyi. Properti yang digunakan tetap minimal, dengan satu kursi sebagai pusat perhatian. Kursi tersebut menjadi simbol singgasana dan kekuasaan, sementara ruang panggung yang lapang namun kosong menggambarkan kesepian dan tekanan batin di balik struktur kekuasaan. Latar Bali tidak hanya berfungsi sebagai penanda tempat, tetapi juga memperkuat kesan tradisi, hierarki, dan nilai budaya yang membingkai konflik dalam cerita. Bayangan dan bukaan sempit pada latar panggung memberi kesan keterbatasan pandangan serta sempitnya pilihan yang dihadapi para tokoh dalam lingkar kekuasaan.
Secara keseluruhan, dekorasi panggung dalam Jagad Rasa 2025 membentuk perjalanan ruang kehidupan manusia, mulai dari ruang kampung dengan dinamika ekonomi dan sosial, beralih ke ruang pinggiran jalan yang liar dan penuh konflik, hingga ke ruang kekuasaan yang sunyi dan sarat tekanan batin. Melalui penggunaan material sederhana seperti kayu, papan, kain, dan ornamen lokal, para mahasiswa menegaskan bahwa kekuatan pertunjukan drama tidak terletak pada kemewahan visual, melainkan pada kesesuaian ruang, rasa, dan cerita yang mampu menyampaikan pesan kehidupan secara mendalam kepada penonton.
