Pagelaran Wayang Kulit Meriahkan Wisata Budaya di Purwokerto Utara

Pertunjukan gamelan sebelum acara dimulai (Sumber: Dokumentasi Pribadi/M.F.Y)

Purwokerto – Suasana Lapangan Kelurahan Grendeng, Kecamatan Purwokerto Utara, berubah semarak pada Jumat malam (19/9/2025) saat pagelaran wayang kulit digelar dalam rangka Milad ke-6 Komunitas Pecinta Kopi (KPK). Meskipun acara sempat diawali dengan hujan, antusiasme warga tidak surut. Begitu pertunjukan dimulai, cuaca berangsur cerah, sehingga membuat penonton semakin betah menyaksikan lakon Babad Alas Mertani yang dibawakan oleh dalang Ki Gandhik Wayah Soegino dengan iringan karawitan Soegino Laras dari Notog, Banyumas.

Wisata Kuliner di sekitar lapangan (Sumber: Dokumentasi Pribadi/M.F.Y)

Kemeriahan tidak hanya terlihat dari panggung, tetapi juga suasana sekitar lapangan. Deretan pedagang makanan, minuman, hingga mainan anak-anak menambah nuansa wisata rakyat. Penonton dapat menikmati kuliner sambil larut dalam alunan gamelan dan kisah pewayangan, menjadikan acara ini bukan hanya tontonan budaya, tetapi juga destinasi wisata malam yang hidup.

Salah seorang penonton, Cipto, yang datang bersama keluarganya, mengungkapkan alasannya hadir. “Saya sengaja bawa anak-anak, biar mereka kenal sama budaya kita. Daripada mereka di rumah,” ujarnya.

Dalam sambutannya, Ketua Komunitas Pecinta Kopi (KPK) Kabupaten Banyumas, Budi Setiawan, menuturkan bahwa KPK lahir dari kebiasaan sederhana para anggotanya yang sering kumpul dan nongkrong sambil minum kopi. Dari kebiasaan itu muncul gagasan agar keberadaan komunitas bisa bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Salah satu kegiatan awal yang dilakukan adalah penggalangan dana melalui celengan KPK yang dikumpulkan tiap bulan, kemudian dibagikan dalam bentuk sembako, santunan, hingga bantuan bagi warga yang sakit.

“Alhamdulillah, seiring berjalannya waktu keberadaan KPK dapat diterima masyarakat. Tanggal 4 September 2019 menjadi titik awal berdirinya KPK,” ujarnya.

Masyarakat yang menyaksikan pertunjukan wayang kulit (Sumber: Dokumentasi Pribadi/M.F.Y)

Acara ini tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga sarana mempererat kebersamaan warga sekaligus melestarikan budaya Jawa. Dengan dukungan masyarakat yang hadir meski sempat diguyur hujan, pagelaran wayang kulit di Purwokerto Utara ini membuktikan bahwa seni tradisi tetap memiliki tempat istimewa di hati penikmatnya.

Sebagai salah satu kekayaan budaya Indonesia, wayang kulit kini juga dipandang sebagai potensi wisata budaya. Banyak daerah mengemas pagelaran wayang sebagai atraksi yang tidak hanya bernilai seni, tetapi juga menarik wisatawan lokal maupun mancanegara. Melalui cerita-cerita klasik, iringan gamelan, dan suasana pertunjukan yang khas, wayang kulit mampu menjadi daya tarik wisata yang memperkenalkan kearifan lokal sekaligus memperkuat identitas budaya bangsa.

Editor: Satrio Wijaya

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *