Gunung Srandil merupakan bukit yang berada di Desa Glempangpasir, Kecamatan Adipala, Kabupaten Cilacap. Gunung yang memiliki ketinggian sekitar 150 mdpl ini juga menyajikan keindahan pantai nya, tak heran banyak wisatawan berkunjung ke gunung ini. Menurut juru kunci, kata srandil memiliki arti adil dimana tempat ini dimaksudkan sebagai tempat mencari keadilan Tuhan. Selain menyajikan keindahan alamnya, Gunung Srandil menyimpan banyak kisah mistis yang dipercaya hingga saat ini. Banyak kegiatan spiritual dan keagamaan dilakukan ditempat ini, seperti ritual jamasan benda pusaka, larung laut dan ziarah leluhur.
Jamasan pusaka merupakan ritual pembersihan, pemandian, penyucian benda pusaka warisan leluhur seperti keris, pedang, tombak, tongkat, atau lain sebagainya. Tradisi ini biasanya dipimpin oleh pemimpin adat atau pemuka agama setempat. Tradisi ini memiliki tujuan untuk menjaga keaslian, keberkahan, kesakralan serta untuk menghormati benda warisan leluhur tersebut.
Tradisi larung laut merupakan tradisi menghanyutkan sesaji di Laut Selatan sebagai ungkapan rasa syukur dan penghormatan kepada Kanjeng Ratu Kidul. Selain itu tradisi ini juga bertujuan untuk memohon perlindungan bagi para nelayan serta mendapatkan ikan dengan jumlah yang banyak. Di kabupaten Cilacap, larung laut sudah ada sejak masa jabatan bupati ke 3 Cilacap Tumenggung Tjakrawerdaya III tapatnya pada jumat kliwon di bulan suro tahun 1875 dan lestari hingga saat ini. Di Gunung Srandil sendiri, tradisi ini ada sejak tahun 1948.
Selain ramai didatangi wisatawan untuk berlibur, Gunung Srandil juga ramai didatangi peziarah karena memiliki banyak petilasan leluhur pulau Jawa. Petilasan leluhur yang terdapat di Gunung Srandil yaitu petilasan Mbah Gusti Agung, Nyai Dewi Tanjung Sekar Sari, Kaki Semar, Dampo Awang, Langlang Buwana, dan petilasan Hyang Sukma Sejati. Menurut legenda penghuni pertama Gunung Srandil adalah Sultan Mukhriti yang kemudian hilang saat bertapa dan tersisa petilasannya. Petilasan Eyang Semar yang diyakini sebagai leluhur utama pulau jawa juga terdapat di Gunung ini. Para peziarah ini biasanya juga akan bersemedi di petilasan atau melakukan ritual dengan mengelilingi Gunung Srandil minimal sebanyak 3 kali dengan hitungan ganjil dan dilakukan dengan arah melawan jarum jam sambil memanjatkan doa atau sesuatu yang diinginkannya. Mereka berharap saat melakukan ritual tersebut mereka dapat bertemu dengan para leluhur yang ikut serta mengamini doa mereka.
Tradisi tradisi tersebut biasanya dilakukan saat memasuki bulan suro oleh masyarakat yang memeluk kepercayaan kejawen atau seseorang dengan tujuan tertentu.